Senin, 19 Juni 2017

Kisah Cinta Perih dalam Cerita Rakyat Nisan Berdarah di Martapura

Tags


Cinta adalah badai. Itulah yang banyak orang metaforkan tentang cinta. Mulianya cinta memang merupakan hal yang sangat aneh di dunia ini. Dia bisa menyebabkan seseorang merasa geli oleh banyak kupu-kupu yang berterbangan di dalam kepala dan perutnya. Dia bisa pula membuat seseorang hidup bagaikan ditikam ribuan pisau nan tajam dan menyakitkan. Kisah menyeramkan bukan hanya terbatas kepada kisah-kisah hantu dan penampakan yang sering kita dengar dari banyak penuturan. Bahkan ada segelintir kisah-kisah menyeramkan tersebut ternyata memiliki asal usul yang cukup menyentuh hati. Salah satunya cerita rakyat Martapura tentang legenda Nisan Berdarah ini.

Konon di daerah Martapura. Disebuah pusara yang berada di antara lebatnya pohon-pohon karet di Tungkaran, bersemayam satu jenazah yang cukup menyedihkan kisah selama hidupnya. Beberapa saksi menyatakan bahwa di malam-malam tertentu, sekitar waktu menjelang subuh yang hujan, nisah dari kuburan itu akan memerah oleh noktah-noktah darah yang melumurinya.

Kisah Cinta seorang pembantu dan anak majikan

Cerita rakyat tentang nisan berdarah ini cukup terkenal di antara masyarakat Martapura. Menurut para sumber yang tim hantupedia temui dahulu kala ada sebuah rumah besar milik seorang saudagar kaya di daerah tersebut (sekarang merupakan kampung Melayu). Saudagar tersebut memiliki kediaman nan besar serta lahan pertanian yang luas, termasuk kebun karet yang terletak diseberang sungai yang berada di samping rumah besar tersebut. Saudagar kaya tersebut memiliki banyak pekerja dari desa sekitar yang bekerja untuknya. Salah satunya adalah seorang pemuda tampan dan sholeh dari desa Pekauman Teluk Selong. Capsa Susun Online

Pemuda itu bernama Mashor. Dia orang yang ta’at beribadah dan memiliki tabiat baik serta pekerja keras yang jujur. Dia terlahir dari keluarga yang kurang mampu di dusun tersebut. Kedua orang tuanya sakit sehingga dialah yang kemudian membanting tulang untuk merawat mereka dengan bekerja sebagai pembantu di rumah saudagar kaya tersebut. Pekerjaan sebagai pembantu yang dilakoninya sangatlah beragam. Dia membersihkan halaman, memotong kayu bakar, dan memikul barang-barang berat dan banyak lagi.

Hari demi hari Mashor bekerja di rumah tersebut, ternyata membuat anak perempuan semata wayang dari saudagar pemilik rumah tersebut jatuh hati kepadanya. Wanita itu bernama Fatimah. Cinta mereka bersemi dengan indah. Namun, Mashor sadar betul kalau cinta keduanya pastilah tidak akan mendapatkan restu dari orang tua fatimah. Meski begitu, perasaan cinta dan saling menyayangi satu sama lain yang mereka miliki tidak bisa berbohong. Mereka melanjutkan hubungan cinta itu secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui orang lain.

Hubungan cinta sembunyi-sembunyi yang akhirnya diketahui

Biar bagaimanapun pintarnya seekor tupai meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Pastilah jatuh juga suatu saat. Lambat laun orang tua dari Fatimah mengendus gelagat dari anak perempuannya itu. Betapa murka orang tua Fatimah ketika mengetahui bahwa anaknya menjalin cinta dengan pembantu rendahan. Fatimah berkilah bahwa dirinya jatuh hati kepada Mashor karena karakter dirinya yang baik dan sholeh. Namun, orang tua Fatimah tetap tidak pandang bulu. Karena sesuai tradisi, orang dengan derajat tinggi harus menikah dengan orang yang setara dengannya.

Tak lama setelah hubungan cinta mereka diketahui. Akhirnya orang tua Fatimah memutuskan untuk memisahkan mereka berdua. Mashor yang awalnya adalah pembantu di rumah besar mereka kemudian dipindahkan untuk bekerja di kebun karet yang berada diseberang sungai kediaman mereka. Mereka tidak diberi kesempatan sedetikpun untuk bertemu. Dengan harapan cinta mereka akan pudar seiring berjalannya waktu.

Perjodohan Fatimah dengan Saudagar kaya dari pulau seberang

Di perkebunan karet itulah Mashor bekerja dan tinggal di sebuah gubuk kayu tua. Meski terpisah cukup jauh, dirinya masih bisa menanyakan keadaan Fatimah melalui Acil (pengasuh Fatimah sejak kecil) bernama Ijah yang sering mampir ke pondoknya. Hingga suatu ketika ada seorang saudagar kaya bernama Muhdar yang singgah di kediaman saudagar kaya tersebut. Muhdar merupakan pedagang kenamaan yang kaya raya dari pulau sebelah. Ternyata dia juga menaruh hati pada sosok Fatimah yang cantik jelita, hingga kemudian dia meminangnya.

Orang tua Fatimah yang melihat Muhdar sebagai orang kaya langsung menyetujui lamaran tersebut dengan syarat dia harus melangsungkan pernikahan yang mewah. Hal itu tidak menjadi masalah untuknya. Fatimah gundah. Dia memiliki cinta kepada orang yang dia cintai, yakni Mashor, sedangkan dia dijodohkan kepada Muhdar oleh orang tuanya. Dia sempat menolak, namun pada akhirnya pasrah dengan keputusan orang tuanya tersebut.

Prosesi pernikahan nan megah pun kemudian dilaksanakan di kediaman tersebut beberapa hari kemudian. Pesta besar-besaran dilakukan. Tampak wajah Muhdar berseri-seri bahagia, sedangkan Fatimah disisinya memenuhi wajah cantiknya dengan perasaan haru dan kesedihan mendalam. Tiada seorangpun yang diperbolehkan memberitahukan tentang pernikahan itu kepada Mashor di seberang. Dia tetap bekerja keras di kebun karet dengan berlumur peluh tanpa tahu bahwa kekasihnya akan jatuh ke pelukan orang lain.

Tragedi Kebakaran di pesta pernikahan

Pesta megah di hari itu paripurna. Fatimah dan Muhdar kemudian masuk ke dalam kamar pengantin untuk melakukan malam pertama setelah pernikahan mereka. Belum sempat melangsungkan ritual malam pertama, terdengar sebuah teriakan kencang dari arah luar kediaman saudagar kaya tersebut.

KEBAKARAAN! KEBAKARAAAN! teriak suara beberapa orang yang berada diluar

Usut punya usut, ternyata petugas yang menyiapkan hidangan untuk pesta pernikahan itu lupa untuk mematikan tungku api, sehingga api kemudian menyebar kesegala penjuru rumah megah itu. Fatimah dan Muhdar terjebak diruangan yang sudah dipenuhi dengan api. Muhdar dengan pengecut segera berlari keluar rumah tanpa memperdulikan Fatimah. Dia memikirkan keselamatannya sendiri.

Di seberang sungai. Mashor yang baru menyelesaikan pekerjaannya di perkebunan karet melihat semburat api besar melahap sebuah rumah diseberang sungai dimana gubuknya berada. Dia yakin betul bahwa rumah yang sedang bergulat dengan api besar itu adalah kediaman Fatimah, orang yang dicintainya. Khawatir dengan apa yang sedang terjadi, Mashor kemudian terjun ke sungai dan menyeberanginya dengan berenang. Tanpa menghiraukan kelelahan yang sudah menyelimutinya, dia segera bertandang ke rumah besar tersebut.

Fatimah dimana? Fatimah dimana? – Mashor yang terengah basah menghampiri Acil ijah dengan perasaan khawatir.

“Fatimah masih berada di dalam kamarnya Mashor” jawab Acil Ijah dengan berkaca-kaca menunjuk ke arah kamar Fatimah yang sudah penuh dengan kobaran api liar.

Tanpa mengenal rasa takut dan kebulatan tekat kekuatan cintanya, Mashor berlari menembus geliat kobaran api menuju ke kamar Fatimah. Fatimah ditemukan tergolek pingsan karena terlalu banyak menghirup asap. Mashor mengangkatnya dan kemudian bersusah payah keluar rumah sembari melindungi Fatimah dari api-api yang menyelubungi rumah itu. Kekuatan cinta Mashor membuatnya terus maju menerjang dahsyatnya api besar yang melahap setiap inci rumah itu. Hingga akhirnya dia berhasil membawa Fatimah keluar dengan selamat.

Badan Mashor bersimbah darah dan penuh dengan luka bakar yang parah. Tampak sosoknya yang melenguh dengan segala keperihan yang dia alami untuk keluar menyelamatkan seorang yang dicintainya itu dari maut. Orang-orang hanya bisa terdiam menyaksikan kejadian itu. Tak berselang lama, Muhdar yang tadi menelantarkan Fatimah dari ganasnya api menghampiri Mashor dan merebut Fatimah yang tengah berada di dekapannya. Dari situlah Mashor kemudian mengetahui bahwa orang yang dicintainya telah diperistri oleh orang lain.

Mengetahui kenyataan bahwa orang yang dicintainya telah dimiliki oleh lelaki lain. Mashor tersungkur menahan perih. Bukan perih yang berasal dari badannya yang penuh dengan luka bakar, namun luka dari tombak yang menghujam hatinya dan menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping. Mashor jatuh tak sadarkan diri.

Orang tua dari Fatimah memerintahkan kepada orang-orang untuk merawat luka-luka yang diderita oleh Mashor karena menyelamatkan anaknya itu. Dia dibawa kembali ke pondokan lusuhnya bersama beberapa tabib yang berusaha keras untuk menyembuhkannya. Mahsor sempat siuman beberapa saat.

Namun, jiwanya telah kehilangan semangat untuk hidup. Dia merintih dengan berlindang air mata kesedihan yang meluap-luap. Berulang kali dia memanggil-manggil nama Fatimah dalam laranya. Acil ijah yang tengah menyaksikan duka dari Mashor itu pun ikut menangis dan larut dalam kesedihan. Hingga akhirnya Mashor menghembuskan nafas terakhirnya. Jasadnya kemudian ditanam di sebuah pusara kecil didekat pondokan kebun karet itu.

Kabar kematian Mashor itu sampai kepada orang tua Fatimah yag berada di seberang. Mereka sedang merawat anaknya yang masih tak sadarkan diri. Mengetahui kabar kematian Mashor itu, mereka akhirnya memerintahkan untuk merahasiakan kejadian tersebut dari Fatimah.

Kenyataan pahit dan kesedihan Fatimah

Singkat cerita, Fatimah yang tidak sadar akhirnya sadar dengan keadaan yang lemah. Dia tak percaya bahwa dirinya bisa selamat dari tragedi kebakaran hebat tersebut. Hal terakhir yang dia ingat adalah suaminya, Muhdar meninggalkannya dalam kobaran api. Dia bertanya-tanya kepada banyak orang tentang bagaimana dia bisa selamat dari bencana itu. Namun tiada yang mau menceritakan kebenaran tentang hal itu.

Hari berganti hari, hingga bulan berubah. Banyak hal mulai kembali seperti semula setelah kebakaran tersebut. Namun hati kecil Fatimah merasa dihantui dengan kenyataan bahwa dirinya bisa selamat dari kebakaran itu. Entah kenapa hatinya terasa gelisah, seolah ada hal yang hilang dari dirinya. Dia sering termenung dan melayangkan pandangannya jauh. Terlebih Acil Ijah yang biasanya membawa kabar dari kekasihnya Mashor kini jarang menemuinya di kamarnya untuk menceritakan kabar dari orang terkasihnya tersebut.

Akhirnya dia memanggil Acil Ijah untuk bertanya kabar dari Mashor. Selama berbulan-bulan semua orang membisu tentang kenyataan pahit kematian Mashor setelah menyelamatkan Fatimah. Acil ijah dengan mata berkaca dan tangis sendu pada akhirnya tidak sanggup untuk menyembunyikannya lebih lama lagi. Dia akhirnya menceritakan peristiwa tersebut kepada Fatimah.

Mata fatimah terbelalak, dadanya mendadak menjadi sesak. Dia memukulkan kepalan tangannya ke dadanya dengan isak tangis perih yang hampir tidak bisa terpancar dari wajahnya. Dia membuka mulutnya, seraya ingin berteriak. Namun suaranya seolah telah direnggut tanpa sisa. Acil Ijah kemudian memeluknya dan tangis Fatimah pun kemudian meledak dengan penuh kepiluan yang mendalam.

Rindu yang berujung pada maut

“tunjukkan aku pusaranya, aku ingin bertemu dengannya… aku merindukannya” pinta Fatimah kepada Acil Ijah.

Acil Ijah mengangguk dan berjanji untuk mengantarkan Fatimah berkunjung ke pusara orang yang dicintainya itu. Malam akhirnya tiba, namun hati Fatimah yang terpukul karena kematian Mashor seolah meluap-luap oleh rasa rindu yang tak terbendung. Hingga akhirnya di waktu dini hari yang sedang gerimis kala itu. Dia bertandang sendirian ke pusara Mashor tanpa ditemani siapapun. Fatimah menggunakan Jukung (perahu kayu untuk menyeberang sungai) untuk pergi ke kebun karet dan pondok kayu Mashor. Bandar Sakong Online

Dalam keadaan hujan gerimis, sayup-sayup Fatimah melihat sesosok lelaki yang berdiri di hadapannya. Sosok itu tersenyum sembari membuka kedua tangannya seraya akan mendekap Fatimah. Mungkin karena ilusi dan rasa rindu yang sudah menjadi-jadi, Fatimah yang melihat sosok lelaki yang tampak seperti Mashor itu kemudian berlari kedalam dekapannya. Nahas, Fatimah terjatuh dan menimpa pagar-pagar kayu tajam yang mengelilingi kuburan dari kekasihnya itu.

Fatimah yang badannya terhujam kayu-kayu tajam itu tewas seketika dalam keadaan tersenyum. Mungkin karena dalam detik-detik akhir hidupnya, dia berada dalam pelukan orang yang dicintainya. Darah yang mengucur dari badan Fatimah itu kemudian melumuri nisan dari kekasihnya tersebut. Konon sampai sekarang, bila malam hari hujan, nisan itu dikatakan secara misterius muncul dengan bercak-bercak darah. Tiada yang bisa menjelaskan tentang itu dan kisah ini menjadi legenda dan cerita rakyat yang cukup dikenal di Kalimantan Selatan. Mungkin arwah-arwah mereka yang masih berbalut kesedihan dan masih mencoba untuk menunjukkan kepada orang-orang disekitar daerah itu, bahwa cinta mereka abadi.