Rabu, 10 Mei 2017

Inilah Hal Luar Biasa yang Akan Terjadi Seandainya Perang Bubat Tidak Pernah Ada

Tags

Mitos orang Sunda dilarang menikah dengan masyarakat Jawa pun sirna.

Saat Indonesia masih terdiri dari beberapa kerajaan, sering terjadi pertempuran baik perang antar kerajaan maupun pemberontakan di dalam sebuah kerajaan. Salah satunya adalah Perang Bubat, yaitu pertempuran hebat antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran karena kesalahpahaman antara Raja Lingga Buana, Hayam Wuruk, dan Gajah Mada.


Singkat cerita, Hayam Wuruk berniat untuk menikahi putri Raja Lingga Buana, Dyah Pitaloka Citraresmi. Untuk pernikahan tersebut, Kerajaan Pajajaran melakukan perjalanan menuju Majapahit. Di tengah perjalanan, rombongan mereka dihentikan oleh Gajah Mada yang mengira mereka bertujuan untuk menaklukkan Majapahit. Pertempuran pun tak terhidarkan. Perang ini mengakibatkan seluruh anggota keluarga Kerajaan Pajajaran tewas di medan tempur.
Meski hanya dijelaskan sekilas dalam pelajaran sejarah, Perang Bubat memiliki dampak besar, lebih dari yang pernah kita bayangkan. Bisa jadi hidup kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan seperti yang kita jalani saat ini seandainya peristiwa bersejarah itu tidak pernah ada. Kira-kira apa saja sih yang akan terjadi seandainya Perang Bubat hanyalah mitos atau legenda belaka?

Tidak Ada Larangan Orang Sunda Menikahi Orang Jawa

Kematian seluruh anggota Kerajaan Pajajaran menyimpan luka yang mendalam pada diri masyarakat Sunda. Akibatnya, mereka melarang anak cucu mereka menikahi orang Jawa. Mitos tersebut masih terus terngiang hingga sekarang. Sampai ada yang berkata rumah tangga pernikahan orang Sunda-Jawa tidak akan harmonis.

Jika perang Bubat tak pernah terjadi, maka mungkin tidak akan pernah juga muncul larangan untuk menjalin hubungan antara orang Jawa dan Sunda. Alhasil, masyarakat Sunda dan Jawa yang saling mencintai bisa menikah tanpa harus menentang kepercayaan adat masing-masing. Ini juga sekaligus melenyapkan mitos-mitos soal hubungan di antara keduanya.

Terdapat Jalan Gajah Mada dan Majapahit di Daerah Sunda

Berkat serangan mereka terhadap rombongan Kerajaan Pajajaran, Gajah Mada dan Hayam Wuruk menjadi sosok yang tidak disukai masyarakat Sunda. Majapahit juga bukanlah kerajaan yang terlihat keren bagi mereka. Karena itu masyarakat tidak ingin ada nama-nama tersebut di kota-kota mereka. Jika berkunjung ke Bandung, kalian tidak akan menemukan Gajah Mada, Hayam Wuruk, atau Majapahit.

Seandainya perang Bubat tidak terjadi, maka tidak akan ada dendam dalam diri orang Sunda terhadap kerajaan terbesar di Indonesia itu. Mungkin kita akan bisa menemui jalan Gajah Mada dan Majapahit di tanah pasundan.

Sumpah Palapa Akan Terpenuhi

Banyak yang mendengar tentang Sumpah Palapa, tapi tidak banyak yang tahu jika Sumpah ini tidak pernah dipenuhi. Ya, Gajah Mada memang berhasil menaklukkan seluruh Nusantara terkecuali tanah Sunda. Kerajaan Pajajaran sangat keukeuh tidak mau bertekuk lutut kepada Kerajaan Majapahit.

Jika saja Perang Bubat tidak terjadi, mungkin Majapahit bisa menjalin kerja sama dengan Kerajaan Pajajaran. Meskipun itu bukan berarti penaklukan, tapi paling tidak rakyat Sunda tidak memusuhi Majapahit dan menganggap orang Jawa sebagai saudara mereka. Kondisi seperti ini secara tidak langsung mendukung wacana Sumpah Palapa sang patih.

Madakaripura Hanya Air Terjun Biasa

Selama ini Madakaripura dikenal sebagai air terjun pertapaan Gajah Mada. Patih Majapahit itu sempat beristirahat sementara setelah melakukan kesalahan fatal dengan membantai pasukan kerajaan Sunda yang datang ke Majapahit dengan niat baik. Di air terjun itulah ia beristirahat dan melakukan pertapaan hingga kemudian diperintahkan untuk kembali menjadi patih kerajaan.

Seandainya Gajah Mada tidak gegabah melakukan penyerangan, mungkin ia tidak akan pernah beristirahat dan terus mengabdi pada Majapahit hingga akhir hayatnya. Air terjun Madakaripura pun hanya akan menjadi wisata alam dengan panorama indah tanpa embel-embel cerita legenda.

Tidak Ada Prabu Siliwangi

Raja Lingga Buana, pemimpin kerajaan Pajajaran yang gugur dalam perang Bubat senantiasa dipuja oleh masyarakat sunda. Keberaniannya dalam melawan pasukan Majapahit dihargai dengan julukan Prabu Wangi, artinya raja yang harum namanya. Putra Lingga Buana yang saat itu tidak ikut terjun ke medan perang, Wastu Kencana mendapat kehormatan sebagai raja yang bergelar Prabu Siliwangi, artinya keturunan raja yang harum namanya. Sejak itu, keturunan raja Sunda memiliki gelar Prabu Siliwangi.

Seandainya Perang Bubat tidak pernah terjadi, Raja Lingga Buana pun tidak tewas dalam perang. Ini kemudian membuat ia tidak dijuluki Prabu Wangi, sehingga keturunannya pun tak ada yang memiliki gelar Siliwangi seperti yang kita ketahui sekarang ini.
Nasi telah menjadi bubur, Perang Bubat sudah terjadi dan akibat-akibatnya masih kita rasakan hingga saat ini. Beruntung seiring berjalannya waktu, jarak antara orang Sunda dan Jawa sudah mulai berkurang. Banyak sekali pernikahan yang terjalin di antara dua suku tersebut. Luka yang diakibatkan oleh Perang Bubat rupanya sudah sembuh dan kisah tersebut kini hanyalah sekedar sejarah. Agen Bandarq Terbaik