Selasa, 09 Mei 2017

Kisah Bang Ali Pensiun Jadi Gubernur Jakarta Tidak Kalah Heboh dengan Ahok, Ribuan Orang Melepasnya

Tags

Tak kalah dari Ahok, pensiunnya Bang Ali Sadikin dari kursi gubernur juga bikin hebok rakyat Jakarta ketika itu.

Basuki Tjahaja Purnama, akhirnya gagal jadi gubernur untuk periode berikutnya, setelah gagal memenangi pemilihan gubernur putaran dua, April kemarin. Ahok, demikian panggilan akrabnya, kalah oleh pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.


Ahok sendiri jadi gubernur DKI Jakarta, melanjutkan sisa periode jabatan Jokowi yang terpilih jadi Presiden. Dan pada pemilihan kepala daerah 2017, bersama Djarot Saiful Hidayat maju gelanggang. Di putaran pertama, Ahok-Djarot unggul. Tapi karena dari tiga pasangan calon yang berlaga tak ada satu pun yang meraup suara lebih dari 50 persen, maka pemilihan harus dilangsungkan dalam dua putaran.

Maka, hanya dua pasangan yang maju di putaran dua, yakni pasangan Ahok-Djarot dan Anies Baswedan- Sandiaga. Sementara satu pasangan lainnya Agus Harimurti Yudhoyono- Sylvia Murni harus keluar gelanggang. Dan, di putaran dua, kondisi berbalik. Ahok-Djarot kalah suara oleh duet Anies-Sandiaga.

Namun ada hal yang menarik setelah Ahok kalah. Balai kota, kantor tempat Ahok bekerja, dibanjiri karangan bunga yang dikirim kelompok pendukung, warga maupun perorangan yang isinya bikin geli, ngakak dan terharu. Karangan bunga itu merupakan bentuk ekspresi dari sebagian warga yang tak rela Ahok pergi dari balai kota. Sekaligus karangan bunga itu, adalah bentuk pelepasan atau semacam ucapan perpisahan  bagi Ahok yang pada bulan Oktober tak lagi jadi gubernur alias bakal segera meninggalkan jabatannya.

Ternyata situasi yang tak jauh berbeda juga pernah terjadi ketika Ali Sadikin berhenti jadi gubernur. Seperti diketahui Ali Sadikin atau biasa disapa Bang Ali, hingga sekarang dianggap sebagai gubernur paling legendaris di Jakarta. Dia dianggap sebagai sosok yang paling berhasil dalam memoles ibukota dari sebuah kota kumuh menjadi metropolitan. Setiap gubernur yang manggung, kinerjanya selalu akan dibandingkan dengan Ali Sadikin. Bahkan ada yang mengatakan, sampai detik ini belum ada gubernur yang seberhasil Ali Sadikin.
Dalam buku, “Ali Sadikin : Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi,” yang ditulis oleh Ramadhan KH, digambarkan bagaimana suasana ketika Bang Ali berhenti jadi gubernur. Bulan Juli 1977, Bang Ali harus pensiun. Penggantinya adalah Tjokropranolo seorang Letnan Jenderal yang ditunjuk Soeharto menggantikan Bang Ali. Dalam buku tersebut, Bang Ali bercerita, banyak organisasi yang memintanya menghadiri acara perpisahan. Tapi, ia tak bisa memenuhi undangan itu satu persatu.

Ia pun mengusulkan sebaiknya digelar acara perpisahan  satu waktu saja. Ia persilakan kelompok masyarakat hadir. Dan acara perpisahan pun direncanakan akan dilakukan usai sidang paripurna DPRD Jakarta yang menandai berakhirnya masa jabatan Bang Ali. Bang Ali pun kaget, saat tahu, sejak pagi hari, ribuan warga sudah menyemut di sekitar gedung DPRD. Ia tak menyangka, betapa banyak yang ingin mengucapkan perpisahan padanya.
Yang menarik usai serah terima jabatan, ribuan warga merangsek dan berteriak-teriak. Ada yang berteriak, “Hidup Bang Ali.” Ada pula yang berteriak, “Bang Ali tokoh pembangunan.” Bahkan yang membuat Bang Ali kaget, ada yang membawa spanduk bertuliskan, “Bang Ali calon presiden kita.”

Namun yang membuat Bang Ali terharu, ribuan orang yang ingin melepasnya, menangis. Ada yang tersedu-sedu. Rencana untuk naik andong menemui warga pun batal, saking banyaknya warga yang ingin melepas dia. Aparat keamanan pun kewalahan menjaganya. Terpaksa Bang Ali pun akhirnya masuk ke mobil dinasnya.
Dari ribuan orang yang datang, banyak ibu – ibu. Mereka banyak yang meraung sedih. Mereka menangis. Bang Ali tak menyangka, warga akan melepasnya sedemikian rupa. Yang pasti, kisah Bang Ali itu bukti bahwa pemimpin yang bekerja nyata akan dicintai warga. Ketika selesai bertugas, banyak yang tak rela pemimpin tersebut pensiun.

Ya, Bang Ali memang sosok yang keras bahkan tegas. Tapi dia pemimpin yang tak banyak berwacana. Bang Ali, pemimpin yang bekerja. Bukan pemimpin yang banyak janji. Ia lebih banyak memberi bukti.
Dia dikabarkan pernah menempeleng orang, karena orang tersebut berbuat salah. Namun ia juga tak segan meminta maaf setelah itu. Karena prestasinya, banyak yang kemudian menangis, ketika ia harus berhenti. Semoga, pemimpin baru Jakarta pun seperti itu. Agen Bandarq Terbaik