Rabu, 31 Mei 2017

Legenda Mayat Berjalan di Tanah TorajaCerita

Tags


Sobat hantupedia pasti tahu lah tentang sosok menyeramkan yang suka makan daging manusia dengan sebutannya ‘zombie’? – dalam karya-karya seni modern termasuk film dan karya sastra, sosok zombie dijelaskan sebagai mayat yang bangkit dari kematian dan berjalan-jalan untuk mencari mangsa. Ternyata legenda mayat berjalan ini tidak hanya ada di luar negeri lho! Di tanah Toraja, ada legenda mayat berjalan dalam ritual yang disebut Ma’nene.

Apa itu ritual mayat berjalan Ma’nene

Bagi masyarakat Toraja, kematian merupakan suatu hal sakral yang harus melalui prosesi yang benar sesuai adat istiadat. Selain prosesi pemakaman rambu solo yang diberlakukan saat penguburan jenazah, ada satu ritual lain yang juga menjadi aturan tidak tertulis. Bahkan dalam kehidupan adat Toraja, status berakhirnya pernikahan pasangan yang ditinggal mati hanya bisa diputuskan setelah ritual ini dilaksanakan. Bandar Sakong Online

Misalnya ada suami yang ditinggal mati oleh sang istri. Maka secara adat Toraja, status mereka masihlah suami istri yang sah. Ketika proses ritual ma’nene selesai dilakukan oleh suami. Maka status sang suami sudah berubah menjadi bujang dan diperbolehkan untuk menikah kembali.

Ritual ini merupakan ritual dimana jasad orang yang telah meninggal diambil dan dikeluarkan dari tempat persemayamannya. Lalu jasad orang itu diganti busananya dengan yang baru. Ritual ini dipercaya oleh orang-orang tanah toraja sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Dalam ritual ma’nene ini jasad mereka yang sudah mati dirias dan diberi pakaian bagus serta akan dikelilingi banyak sanak saudara dan handai taulan yang menyanyikan lagu adat ma’ badong.

Lagu ma’ badong sendiri merupakan sebuah gerak-gerakan dan nyanyian yang mengekspresikan kesedihan dan ratapan-ratapan duka untuk mendiang. Selain itu dilantunkannya lagu ini bertujuan sekaligus memberikan semangat dan ketabahan bagi keluarga mendiang yang ditinggalkan.

Ritual Ma’nene memiliki makna media mempererat kekerabatan

Di tanah Toraja ritual Ma’nene ini dilaksanakan sekali dalam setahun, biasanya dihampir penghujung akhir tahun setelah bulan Agustus. Ritual ini dilakukan setiap tahun bukan hanya sebagai bentuk pelestarian dan kecintaan mereka pada peninggalan leluhur. Namun orang-orang Toraja banyak yang mempercayai bahwa ritual ini merupakan amanat dari para leluhur yang harus dilakukan karena merupakan media perekat kekerabatan.

Hal ini berkaitan erat dengan sejarah penduduk Toraja. Masyarakat Toraja sendiri sering menyebut diri mereka sebagai Maraya yang merupakan keturunan satu garis bangsawan yang disebut Sawerigading. Konsep ini mengarah kepada sarasilah leluhur yang disebut Ta’ dung langit (datang dari langit). Konon Ta’dung langit ini datang dari kayangan ke bumi dengan menyamarkan diri sebagai pemburu. Ketika berada di bumi untuk berburu, dia jatuh cinta kepada dewi bumi yang cantik jelita, hingga akhirnya mempersuntingnya.

Mereka menetap di tanah Toraja dan menghasilkan keturunan orang-orang Toraja. Legenda inilah yang juga memberikan cara pemakaman jenazah yang berbeda. Karena leluhur mereka Ta’dung langit dan Dewi Bumi, mereka memiliki kepercayaan bahwa seseorang yang telah meninggal tidak boleh dikuburkan didasar tanah. Namun dikuburkan diliang batu. Masyarakat Toraja percaya bila seseorang dikuburkan ditanah ketika meninggal, maka akan berakibat buruk pada kesuburan bumi.

Asal usul ritual Ma’nene di Tanah Toraja

Menurut beberapa sumber yang telah tim Hantupedia tanyai seputar ritual seram Ma’nene ini. Ternyata ada cerita asal muasal diberlakukannya ritual ini. Tersebutlah dizaman dahulu ada seorang pemburu terkenal di tanah Toraja yang bernama Pong Rumasek. Dia adalah sosok pemburu hebat yang sanggup menjelajah hutan belantara ganas dan menakhlukkan banyak jenis hewan. Suatu ketika dia menjelajah lebih jauh hingga sampai di area belantara Balla (sebuah hutan pegunungan).

Dalam perjalanan berburunya kala itu, Pong Rumasek menemukan satu jasad seseorang. Raga yang sudah terlepas dari sukmanya itu tergolek dingin di tengah-tengah belantara luas pegunungan Balla. Bisa dikatakan jasad itu telah lama mati karena hanya bersisa tulang-belulang sahaja. Merasa iba Pong Rumasek kemudian membungkus tulang-belulang itu dan memindahkannya ketempat yang aman, kemudian melanjutkan perburuannya.

Setelah melakukan hal itu, banyak kejadian aneh terjadi kepada Pong Rumasek. Entah kenapa setiap kali Pong Rumasek menargetkan hewan buruan, dia bisa mendapatkannya dengan sangat mudah. Padahal dalam cerita, belantara Balla ini dikenal sebagai hutan yang ganas. Termasuk dalam mencari tanaman obat dan buah. Bahkan ketika Pong Rumasek telah kembali ke rumahnya. Tumbuhan yang dia tanam bisa lebih cepat panen sebelum waktunya.

Semenjak itu, ketika Pong Rumasek pergi ke hutan untuk berburu. Acap kali dia bertemu dengan sesosok orang yang usut punya usut merupakan roh orang yang jasadnya telah ia rawat dahulu. Bahkan sosok itu sering ikut membantu dalam perburuan yang dilakukan oleh Pong Rumasek. Dari kejadian mistis itu, Pong Rumasek mengambil kesimpulan bahwa jenazah orang yang sudah mati harus dimuliakan, walaupun hanya tersisa tulang-belulang saja. Setelah itu di Tanah Toraja diberlakukan ritual Ma’nene.

Fenomena Seram Mayat Berjalan benar-benar ada di Tanah Toraja?

Wah berarti sebenarnya judul mayat berjalan cuman makna kiasan saja dong yang merupakan ritual dimana orang-orang mengeluarkan mayat dari persemayaman dalam ritual Ma’nene? – Tentu tidak. Ritual Ma’nene ini hanyalah salah satu fenomena seram nan mistis yang ada di tanah Toraja. Legenda Mayat berjalan memang benar-benar ada di daerah ini. Sobat Hantupedia bisa kok datang ke daerah Barappu atau daerah yang lebih dalam (pedalaman) dengan adat istiadatnya yang masih sangat kental. Kalau beruntung sobat bisa melihat langsung mayat yang sedang berjalan-jalan. Hiiiii…

Di Tanah Toraja, rumah adatnya bernama Tongkonan dan biasanya satu sisi rumah tersebut memiliki satu ruangan khusus yang dinamakan Patane. Patane adalah sebuah rumah berukuran kecil atau terkadang hanya berbentuk liang batu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan jasad leluhur. Tidak hanya itu saja, rumah kecil ini juga dikenal sebagai “tempat persinggahan” mayat yang pulang. (Apaaa?)

Ya, legenda mayat berjalan ini sudah sangat kental dan mengakar kuat pada masyarakat Toraja sejak zaman dahulu kala. Menurut sejarahnya zaman dahulu kala, orang-orang Toraja merupakan suku penjelajah yang suka perpetualang didaerah pegunungan dan singgah di ceruk-ceruk lereng. Masyarakat Toraja tidak mengenal alat transportasi, sehingga mereka sudah terbiasa untuk berjalan kemanapun tujuan mereka. Dan ini ada kaitannya dengan legenda mayat berjalan.

Penjelajahan masyarakat Toraja dan Ilmu Membangkitkan Mayat

Nah, dalam aktifitas menjelajah itu. Tak ayal banyak yang sakit hingga meninggal. Karena masyarakat Toraja sangat menghormati mereka yang meninggal, maka mereka tidak mau meninggalkan jasad mereka yang mati begitu saja di daerah yang tidak mereka kenal. Dan lagi tidak memungkinkan bagi mereka untuk menggotong jenazah itu sepanjang jalan pulang. Oleh karenanya ada satu ilmu gaib yang banyak orang mengatakan semacam ilmu hipnotis yang membuat jenazah itu bisa berjalan sendiri untuk kembali pulang. Capsa Susun Online

Ilmu gaib ini turun temurun diajarkan oleh para tetua Tanah Toraja. Ilmu yang membuahkan fenomena seram ini masih bisa ditemuakan di tanah Toraja pedalaman. Dimana seseoran menguburkan mayat dengan metode gaib tersebut agar mayat itu berjalan sendiri menuju tempat persemayamannya. Atau ketika anggota keluarnga mendiang sedang merindukan keberadaan mereka, maka mayat itu bisa dipanggil kembali kerumah untuk sekedar ‘mampir’ singgah di Patane.

Biasanya orang yang belajar ilmu membangkitkan mayat ini pada awalnya akan mempraktikkannya kepada hewan yang sudah mati. Misalnya kerbau atau lembu yang sudah dipotong kepalanya kemudian dibangkitkan kembali dengan mantera-mantera khusus yang dipanjatkan. Dalam kesempatan lain mungkin kami akan mencoba mengulas beberapa ilmu gaib dari daerah-daerah lain di Indonesia deh (tunggu aja ya).

Nah, itulah sedikit ulasan tim Hantupedia mengenai fenomena seram legenda mayat berjalan dan ritual Ma’nene yang ada di Tanah Toraja. Tentu saja hal-hal itu merupakan satu dari banyaknya bentuk keanekaragaman budaya Indonesia ini. Kita berkewajiban untuk melestarikan dan tetap mempertahankannya. Yaa… meskipun terdengar sangat seram sih. Hehe…