Sabtu, 21 Januari 2017

7 Air Suci Majapahit Yang Dipercaya Bisa Buang Sial

Tags


Sering bernasib sial sedari kecil atau semua usaha kerja keras yang telah anda lakukan berakhir dengan sia-sia? Bisa jadi konon katanya  anda sedang ditempeli aura 'gembel', jadi seberapapun usaha atau kerja keras anda tak akan pernah mengalami kemajuan, semuanya akan berakhir sia-sia. Bila anda masyarakat asli dari Mojokerto pasti pernah mendengar tentang ritual mandi 7 air suci Majapahit yang dipercaya bisa buang sial

Ritual Ruwat Sukerta ini sendiri sudah dikenal sejak lama, dari jaman Majapahit kuno yaitu berasal dari 7 pemandian air tirta (air suci) yang terdapat di Pura, tempat Ibadah Umat Hindu. Menurut Pemangku adat yang berasal dari Pusat Lembaga Kebudayaan Jawa (PLKJ) sekaligus Koordinator Jawa dan Bali yang memimpin ritual Ruwat Sukerta tersebut. Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek menjelaskan lengkap sumber mediasi ritual tersebut. 
 
Menguti dari detik.com, dikatakan Pemangku Kadek bahwa ada 7 macam air suci yang selalu wajib dipakai untuk melaksanakan ritual siraman melepas nasib sial. Yakni air hujan, air laut tawar, embun, sumber tempur, air sendang, air kelapa serta air yang didapatkan dari sumber 7 petirtaan situs peninggalan Majapahit.
 
Sahabat kejadiananeh.com terlepas dari kepercayaan agama yang kita yakini, mari kita budayakan sikap saling toleransi antar umat beragama. Kita harus bangga karena Indonesia memiliki banyak kemajemukan budaya dan adat istiadat. Untuk mempersingkat waktu karena saya kebelet boker. Mari kita simak Ritual mandi 7 air suci Majapahit yang konon dipercaya bisa buang sial.
 
1. Air Suci Ujung Galuh, Pantai Kenjeran

Dalam proses melaksanakan ritual siraman melepas kesialan, langkah yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan air kelapa yang bersumber dan didapatkan dari Ujung Galuh Pantai Kenjeran, Surabaya. Ini wajib dan harus dilakukan paling utama sebelum mengumpulkan air-air suci lainnya. 
 
Sebab Air suci yang berasal dari Ujung Galuh pantai Kenjeran ini dipercaya dan diyakini sebagai pintu masuk ke Keraton Majapahit. Air kelapa kan bersumber dari sari-sari bumi yang naik ke atas, jadi bisa dipastikan tidak ada kotorannya sama sekali, itulah sebabnya disebut air suci. 
 
Saya mengambil sendiri dan tidak boleh sama sekali jatuh ke tanah, menurut penjelasan Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek setelah usai melangsungkan acara Ruwat Sukerta 1949 Saka.
 
2. Air Kembang Pantai Ngobaran, Gunung Kidul
 
Air suci ke dua, menurut Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek yaitu diambil dari Pantai Ngobaran, Gunung Kidul yang berlokasi di Yogyakarta dan Petirtaan Panglukan di Bali. Cara mendapatkan keduanya agak sulit sebab dibutuhkan ritual khusus untuk mengambil air laut yang tawar itu. Alasannya, kedua lokasi itu dipercaya dan diyakini sebagai tempat bertapa Raja Brawijaya di masa-masa hidup jaman beliau.
 
'Ada ritualnya berupa doa, kembang, lengkap dengan sesaji, yang pertama kali dilakukan adalah kami akan permisi ke arwah para leluhur di sekitar situ, mengambilnya pun ada tata kramanya tidak boleh sembarangan, harus memakai gayung. Di tempat tersebut pada jaman dahulu kala Raja Brawijaya selalu bertapa ketika waktunya tiba untuk memberikan tahta kepada anaknya,' menurut Mangku Kadek.

3. Air Hujan yang Pertama Turun setelah Musim Kemarau
 
Ritual mandi air suci majapahit yang dipercaya bisa buang sial ketiga adalah berasal dari air hujan, dengan syarat air hujan yang pertama kali turun setelah musim kemarau. Menurut penjelasan Mangku Kadek bahwa air hujan disucikan sebab dianggap sebagai rajanya air di muka bumi.  
 
'Air hujan adalah rajanya air atau Tirta Nata, untuk melebur kotoran dalam tubuh harus pakai rajanya air. Kita ambil air pertama hujan di Malang kemarin, kita tampung dengan ember,' tambahnya.
 
4. Air Tetesan Embun
 
Jenis air suci ke 4 yang digunakan untuk ritual Ruwat Sukerta adalah air embun. Tetesan embun pagi itu dikumpulkan dari situs Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan, serta dari Situs Tempuran di Kecamatan Puri, Mojokerto.
 
'Air embun, kita ambil setelah subuh, sekitar satu minggu lamanya untuk menampung tetesan embun di situs Sumur Upas dan Situs Tempuran, di situs itu ada prasasti Raja Terakhir Majapahit, Giri Swardana Dyah Surya Wikrama atau Bhre Wengker yang didarmakan di lokasi tersebut, tempat itu juga disebut rumah para raja,' ungkapnya.
 
5. Air Ritual Desa Tempuran
 
Air suci lainnya berasal dari Sumber Tempur yang juga berlokasi di Desa Tempuran, Kecamatan Puri. Sumber Tempur ini dianggap suci sebab menjadi pertemuan antara Sendang Wadon dengan Sumber Kates.
 
6. Air Sendang Dewi Kunti di Gunung Arjuna

Air suci ke enam adalah yang berasal dari air sendang. Air ini langsung kami ambil sendiri dari sumbernya yakni Sendang Dewi Kunti di Gunung Arjuna Malang, tempat ini konon pada jaman kuno dahalu kala adalah tempat para Dewa berdoa, 'jelasnya.

7. Sumber mata Air Trowulan
 
Sedangkan air suci ke 7 diambil dari 7 sumber mata air di Trowulan. Antara lain dari Siti Inggil, Petirtaan Hayam Wuruk, Tribuwana Tungga Dewi, Makam Panjang, Putri Campa, Sumur Sakti Gajah Mada, dan mata air dari Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan.
 
'Ketujuh air suci itu kami campur menjadi satu untuk ritual Ruwat Sukerta ini. Tujuannya supaya yang diruwat pada bulan Suro ini benar-benar bersih jiwanya,'tandas Kadek.
 
Dari tahun ke tahun, Ruwat Sukerta yang rutin digelar setiap awal Bulan Suro di Pendopo Agung, Trowulan ini semakin diminati. Jika tahun lalu jumlah peserta hanya 56 orang, kali ini peserta mencapai 150 orang. Selain dari Mojokerto sendiri, mereka datang dari beberapa daerah. Mulai dari Jombang, Kediri, Nganjuk, Sidoarjo, hingga Surabaya.
 
Untuk mengikuti ritual Ruwat Sukerta ini, peserta tak perlu membayar. Hanya saja, setiap peserta diwajibkan membawa sehelai kain putih. Secara bergiliran, peserta mulai dari anak kecil hingga orang dewasa berbalut kain putih disiram dengan air suci yang dicampur dengan kembang setaman. Setelah itu, beberapa helai rambut peserta dipotong dan didoakan oleh seorang sesepuh Trowulan.
 
Lantas apa yang mendorong para peserta mengikuti ritual ini dan apa saja harapan mereka?
 
'Kebetulan saya anak tunggal, dalam adat Jawa harus diruwat supaya mendapat keselamatan dan banyak riski,' kata Nandya Paramita (24), salah seorang peserta asal Surabaya.
 
Hal senada dikatakan Listyowati (36), asal Kecamatan Mojoagung, Jombang. Ibu satu anak ini mengaku ikut Ruwat Sukerta sebab merasa kerap mengalami hambatan dalam usahanya. 'Semoga dengan ritual ini, usaha saya diberi kelancaran dan banyak riski,' ujarnya.
 
Sesudah melakukan ritual siraman air kembang, prosesi Ruwat Sukerta dilanjutkan dengan pagelaran Wayang Kulit di dalam Pendopo Agung. Setelah acara berakhir, setiap peserta diwajibkan melarung kain putih yang dipakai saat siraman ke Sungai Brantas atau sungai lainnya. Hal itu dipercaya konon sebagai tanda melepas nasib sial.
 
Gimana, Seru Bukan? Menapaki jejak kebudayaan negeri kita Indonesia tercinta ini, banyak hal-hal aneh dan unik dari setiap adat khas masyarakat asli kepulauan yang tentunya belum kita ketahui semua. Untuk anda yang asli warga Mojokerto tentu sudah tidak asing dengan ritual mandi 7 air suci Majapahit yang diyakini dan dipercaya bisa membuang kesialan hidup yang kita alami. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan pengetahuan anda.