Misteri raibnya gong ampuh pendatang hujan Kho Moo Coan Semarang
Merdeka.com - Pada jaman Belanda, ternyata di Kota Semarang, tepatnya di Kawasan Kelengan Besar, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah terdapat bangunan kuno jaman peninggalan Jepang saat menjajah Indonesia. Bangunan itu memiliki bentuk yang sangat sederhana. Situs Judi Online
Di dalam gedung tua bersejarah milik seorang tuan tanah yang konon di sebut-sebut dengan nama Kho Moo Choan itu, tergolek seperangkat alat gamelan lengkap milik juragan dan tuan tanah tersebut.
Salah satu bagian peralatan seperangkat gamelan itu, salah satunya menyimpan cerita misteri yang sangat mengundang decak kagum warga sekitar keberadaan bangunan tersebut. Salah satu bagian peralatan gamelan itu terdapat salah satu jenis perangkat yang bernama gong.
Satu di antara tiga gong yang ada diseperangkat alat gamelan tersebut konon sangat diakui dan dikagumi karena keampuhanya oleh warga Kota Semarang dan sekitarnya.
Yuk Nonton & Download Movie kesayangan anda di http://layartancep.tk/
Bagaiaman tidak, bila musim kemarau tiba, gong berukuran paling besar di antara gong-gong lain itu jika dibawa keluar gedung tua yang beken di mata warga sekitar dengan nama gedung Bah Sung Sieng yang merupakan cucu dari Kho Moo Choan tersebut langsung datang kilatan petir atau halilintar tanda hujan akan turun.
"Kalau musim kemarau biasanya dikeluarkan. Petir langsung menyambar berkali-kali," ungkap Yudi Rengget (52) salah seorang warga yang tinggal di sekitar Gedung Bah Soeng Sieng kepada merdeka.com.
Yang memukul gong pun, tidak sembarang orang dan dilakukan biasanya oleh tiga, tujuh atau sembilan orang dalam jumlah yang ganjil. Begitu dipukul, hujan pun turun.
"Heranya hujan pun langsung turun dan suara gongnya terdengar hingga radius 300 meter oleh warga sekitar," tuturnya menirukan cerita salah seorang kacung alias pembantu yang sempat mengobrol denganya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Subarno, warga sekitar yang merupakan paranormal lokal kejawen yang tinggal di sekitar gedung pecinan Kho Moo Choan bertempat tinggal yang saat ini berumur sekitar 80 tahunan itu.
Subarno menyatakan saat itu dirinya masih saat kecil, sudah menjadi rahasia jika musim kemarau datang dan warga sekitar membutuhkan hujan, gong tersebut langsung dikeluarkan dari gedung tua tersebut dan dipukul.
"Suaranya menggelegar tidak seperti gong biasa. Meski, bahan bakunya tidak beda dengan gong-gong lainya dari logam jenis kuningan," paparnya.
Namun, sekitar tahun 1980-an, saat Kho Moo Choan wafat dan ahli warisnya jatuh ke tangan Bah Sung Sieng, ada dua versi kabar terkait raibnya keberadaan gong yang diakui sangat dahsyat dan teruji untuk mendatangkan hujan tersebut.
"Ada yang bilang gong itu dicuri oleh orang yang naik dari pagar tembok belakang bagian gedung. Kemudian masuk ke gedung tinggi milik Kho Moo Choan. Kemudian dibawa lari sang pencuri ke daerah Solo," ucapnya.
Namun, ada juga kabar fersi lain yang mengabarkan bahwa gong yang memiliki lebar antara dua sampai tiga meter itu telah dijual oleh ahli waris paska Bah Sung Sieng yang merupakan pengusaha cengkeh dan air keras itu wafat.
"Kalau nggak dicuri ya dijual oleh anak cucunya. setelah gong raib sekarang seperangkat gamelanya pun yang ada di dalam gedung tua itupun juga sudah hilang dan habis. Apalagi, gedung besar dan tua itu sekarang sudah tidak ditempati oleh anak cucunya. Kondisinya semakin rusak," ungkapnya.
Bahkan juga ada kabar yang menyebar ke beberapa orang tertentu dan dekat dengan Kho Moo Choan dan Bah Sung Sieng itu jika gong dikenal sakti dan ampuh itu karena tidak dirawat dengan berbagai macam ritual pecinan dan kejawen itu raib atau hilang dengan sendirinya. Dalam istilah ilmu kejawen adalah muspro atau moksa. Menghilang tanpa jejak.
Sampai saat ini, misteri raibnya gong pendatang hujan milik keluarga pecinan Kho Moo Choan itu menjadi teka-teki dan rahasia bagi warga sekitar. Sampai saat ini, gedung tua milik mendiang Kho Moo Choan yang diturunkan ke anak cucu almarhum Bah Sung Sieng itu masih berdiri megah. BANDAR POKER ONLINE
"Kadang emperan gedung itu saja, saking luasnya digunakan untuk warga menjadi tempat pencoblosan jika ada pilkada di Kota Semarang maupun di Jawa Tengah. Namun, pintunya yang berpenampilan sangat klasik dan kuno tertutup dan terkunci rapat. Jangankan masuk, pegang daun pintunya saja orang tidak berani," pungkas Subarno menyudahi ceritanya.