SATUQQ - Mendengar judul postingan saya kali ini, mungkin yang ada di benak pembaca adalah sebuah dongeng masa kecil tentang seorang gadis yang masuk ke dunia aneh setelah mengejar kelinci dan kemudian dia terperosok ke dalam sebuah lubang. Tapi yang akan saya tulis pada postingan ini bukanlah ulasan tentang sebuah dongeng gadis yang lugu, atau bahkan si Alice Hammer Girl dalam film The Raid 2.
Alice in Wonderland yang akan saya ulas disini adalah nama sebuah syndrome yang gejalanya mirip seperti migrain. Saya pertama kali mengetahui sindrom ini ketika menonton sebuah film horor Thailand yang berjudul Killer Toon. Mengenai film ini akan saya jelaskan nanti. Nah, sebelumnya, marilah kita sepakati bersama untuk menyingkat Alice in Wonderland Syndrome ini dengan AIWS.
AIWS ditemukan pertama kalinya oleh John Todd pada tahun 1955. John Todd sendiri adalah seorang psikiatris. Dan petualangan seorang Alice yang ditulis oleh Lewis Caroll inilah, yang telah menginspirasinya untuk memberi nama yang sama pula untuk sindrom satu ini.
Secara umum, pada penderita AIWS ini, pasien akan mengalami distorsi baik ruang, waktu dan tubuhnya sendiri. Maksudnya adalah, pasien yang mengalami gejala ini, akan merasa bahwa tubuhnya seolah-olah berubah bentuk (meta-morphosia). Demikian juga lingkungan sekitarnya yang berubah di mata pasien. Padahal sebenarnya tidak ada satupun yang terjadi pada dirinya maupun lingkungannya.
Gejalanya sendiri, bisa dimulai dengan sakit perut, sakit kepala atau migrain, keracunan akibat obat halusinogen, skizofrenia, hiperpireksia, dan lesi otak, atau bahkan pasien tidak merasakan sama sekali gejala tersebut. Tapi yang pasti, seperti yang tertulis pada paragraf di atas, terdapat kesalah-persepsian antara apa yang dilihat pasien dengan kenyataan yang sebenarnya. Mungkin jika ada diantara kalian yang suka dengan cerita Naruto, bayangkan jika terkena genjutsu. Berikut adalah gejala-gejala yang umumnya pasien AIWS rasakan:
Distorsi visual. Apapun yang dilihatnya menjadi lebih besar atau lebih kecil dari biasanya, atau lebih dekat, atau lebih jauh.
Distorsi waktu. Pasien merasa kejadian menjadi cepat atau justru lambat.
Distorsi dari tubuh mereka sendiri. Mereka merasa kepala mereka tumbuh lebih besar, atau mereka merasa tubuh mereka telah menyusut atau memanjang.
Masalah pada keseimbangan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka berdiri di sudut, atau bahwa mereka berputar. Hal ini dapat menyebabkan mual.
Distorsi pendengaran. Merasa sebuah suara menjadi begitu keras atau terdengar agresif atau gemetar, atau mendengar suara dari tempat yang jauh.
Selera tertentu atau bau.
Distorsi persepsi tekstur. Pasien akan merasa bahwa seprai tempat tidurnya mungkin merasa seperti batu (yang penting jangan sampai merasa kain celana dalam berasa pisau yang tajam).
Pengalaman emosional. Mereka mungkin merasa takut secara tiba-tiba, atau merasa ada yang mengawasi mereka. Yang jelas Tuhan selalu mengawasi kita.
Lantas, kasus AIWS apakah yang paling terkenal? DOMINO QQ
Menurut saya pribadi, kasus AIWS yang paling terkenal ialah, kasus yang dialami oleh si penulis Alice in Wonderland itu sendiri, yaitu Lewis Caroll.
Perhatikanlah kutipan dialog dari sekuel Alice in Wonderland, Through the Looking Glass:
"I can’t explain myself, I’m afraid, sir," said Alice, "because I’m not myself, you see."
"I don’t see," said the Caterpillar.
"I’m afraid I can’t put it more clearly," Alice replied very politely, "for I can’t understand it myself to begin with; and being so many different sizes in a day is very confusing."
"It isn’t," said the Caterpillar.
Dari dialog diatas kita bisa mengetahui bahwa apa yang Alice alami adalah, distorsi bentuk dari apa yang dia lihat. Perhatikanlah dua kalimat Alice:
""I can’t explain myself, I’m afraid, sir," said Alice, "because I’m not myself, you see."
"...and being so many different sizes in a day is very confusing".
Lalu apa yang Caterpillar katakan,
"I don't see" dan "It isn't".
Jelas sekali bahwa hanya Alice-lah yang merasa dia menjadi berbagai macam bentuk dalam satu hari, padahal Caterpillar tidak melihat perubahan bentuk apapun pada gadis itu.
Sebuah artikel menyebutkan, pada Through the Looking Glass, Alice merasakan bahwa tubuhnya menyusut (microsomatognosia) dan membesar (macrosomatognosia). Distorsi tersebut juga dapat terjadi setelah kejang, keracunan obat, dan dapat dijelaskan pada pasien dengan cerebral lessions atau gejala skizofrenia, termasuk perubahan ilusi dalam ukuran, jarak, atau posisi benda diam di bidang visual subyek.
Banyak orang bilang jika penulis seringkali menuangkan pengalaman pribadinya kedalam karya tulisnya. Inilah yang dialami Lewis Caroll yang tercermin pada Alice's Adventures in Wonderland (1865) dan sekuelnya, Through the Looking Glass (1871).
Sebuah Jurnal yang ditulis oleh Klaus Podoll dan Derek Robinson menjelaskan tentang apa saja yang dialami oleh Caroll sebagai berikut:
Pada tanggal 17 Januari 1856, Lewis Caroll pergi ke dokter mata yang bernama William Bowman, seorang yang ahli dalam bidang ophtalmology (ahli bedah dan penyakit mata) pada kala itu. Caroll mengeluhkan bahwa mata kanannya terasa sakit. Namun Sir William Browman tidak menemukan apa penyebab sakit mata yang dialami oleh Lewis Caroll. Alhasil, dokter tersebut menyarankan Caroll untuk tidak terlalu banyak membaca, menjauhi rel kereta api dan menghindari penggunaan lilin yang berukuran besar untuk penerangan.
Selain itu, dia pun sering mengalami migrain setelah dia melihat sebuah fortifications dalam benaknya. Entah fortifications yang dia maksud adalah terjemahan untuk "benteng" dalam bahasa Indonesia atau bukan, yang jelas, menurut pengakuan Caroll, setiap kali dia melihat benteng tersebut, dia merasakan gejala sakit kepala yang begitu hebat. Lewis Caroll kemudian pergi menemui seorang ahli neurologist America yang bernama Caro W. Lippman. Oleh Lippman, Caroll kemudian disarankan untuk menulis halusinasinya tersebut kedalam sebuah cerita. Nah sekarang kita sudah mengetahui latar belakang buku Alice in Wonderland tercipta.
Podoll dan Robinsson memberikan bukti kuat bahwa Caroll mengalami halusinasi yang aneh. Bukti tersebut adalah sketsa yang dihasilkan oleh Carroll antara tahun 1855-1862. Sketsa tersebut didominasi oleh sosok seperti elf yang kehilangan sisi kanan wajahnya, serta bagian nya bahu kanan, pergelangan tangan dan tangannya hilang.
Lantas kemudian timbul pertanyaan: Apa yang menyebabkan Lewis Caroll mengalami halusinasi yang sedemikian rupa? Agen Domino QQ Terpercaya
AIWS sendiri pun tidak diketahui penyebab utamanya. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh virus Epstein-Barr (sejenis virus Herpes) atau pula disebabkan oleh Coxsackie virus B1 (sejenis virus yang mengakibatkan demam, sakit tenggorokan dan pusing).
Namun, seorang sejarawan dan penulis Amerika yang bernama Michael Carmichael, mengemukakan teori yang paling masuk akal tentang penyebabkan Caroll mengalami halusinasi yang demikian. Menurut Michael, penyebab halusinasi Caroll disebabkan oleh sebuah jamur yang bernama Amanita Muscaria. Jamur tersebut mengandung asam ibotenic bahan kimia psikoaktif dan muscimol. Jamur tersebut memiliki sejarah panjang dan digunakan di Asia dan Eropa Utara. Mereka terkenal karena penampilan khas mereka (merah terang dan kuning dengan bintik-bintik putih). Teori Michael dilatar belakangi oleh tindakan Carroll yang telah mempelajari dengan baik baik membaca tentang efek halusinogen dari Amanita Muscaria ini, atau bahkan mungkin bereksperimen dengan jamur itu sendiri.