Rotomahana merupakan satu dari dua danau yang terdapat di distrik Rotorua, di bagian utara Selandia Baru. Rotomahana memiliki air yang hangat dan juga dihiasi oleh teras travertine paling spektakuler di dunia. Ia tercipta dari endapan mineral mata air panas di dekatnya.
Keindahan luar biasa tersebut membuat Danau Roromahana disebut sebagai keajaiban dunia dan bisa dibilang merupakan daya tarik wisatawan paling tersohor di Selandia Baru. Sayangnya, keindahan tersebut tak bertahan lama, karena keajaiban alami tersebut harus musnah karena suatu bencana. Berikut ini adalah nasib danau yang pernah menjadi keajaiban tersebut.
Keindahan Danau Rotomahana yang Dulu
Ada dua teras yang lebih besar dikenal dengan nama Te Tarata (batu bertato) atau bisa juga disebut teras putih. Sementara yang lebih kecil dikenal sebagai Otukapuarangi (air mancur dari langit mendung) atau teras pink. Batu bertato berada di ujung utara Danau Rotomahana. Mempunyai luas 3 hektar dan bagian bawah terdapat sekitar 50 teras.
Aktivitas Danau Rotomahana yang Mempesona
Dua teras tersebut dialiri secara teratur dari semburan dua geyser yang terletak di Danau Rotomahana dan mengalir menuruni lereng bukit. Air melarutkan mineral yang mengkristal selama ratusan tahun dan membentuk struktur teras yang luar biasa.
Menjadi Obyek Wisata Terkenal
Teras Pink sontak saja menjadi lokasi wisata tersohor di Selandia Baru. Desa Maori yang terdekat menjadi lebih berkembang karena penduduknya menyediakan layanan pemandu wisata dan juga pengemudi perahu.
Meletusnya Gunung Tarawera
Bencana ledakan Gunung Tarawera sontak meluluh lantakkan pusat Danau Rotomahana. Tak hanya itu, letusan gunung juga melemparkan berton-ton sedimen dasar danau hingga radius bermil-mil, termasuk segala sesuatu di sekitar lumpur setelah satu meter. Bencana tersebut merusak teras-teras danau, dan juga menewaskan sekitar 150 orang.
Sepi dan Sedikit Dikunjungi
Teras awal diduga hancur. Namun peneliti mengungkap bahwa sebagian dari teras masih selamat. Hanya saja terkubur di bawah lapisan tebal lumpur sekitar 50 meter di bawah permukaan danau saat ini. Pemulihan tidak memungkinkan, kecuali dengan menguras Danau Rotomahana yang tentu saja sangat sulit.
Hancurnya danau ajaib ini tentu disesalkan. Namun, mengingat runtuhnya Rotomahana adalah kehendak alam, maka kita tak bisa menyalahkan siapa pun. Manusia sebenarnya masih sangat mungkin membangun ini kembali. Tapi untuk itu butuh teknik konstruksi yang luar biasa serta biaya yang tak sedikit.