Benda ini mengungkap salah satu misteri hilangnya suku Maya
Merdeka.com - Dos Pilas merupakan salah satu situs penting yang ditinggalkan bangsa Maya. Bekas kota kuno ini memegang peranan penting dalam menguak sejarah kehancuran bangsa Maya. Dos Pilas sempat menyaksikan perang saudara besar-besaran. Namun bukti sejarahnya terkubur tanah selama berabad-abad. Ketika terjadi badai besar di Guatemala pada tahun 2001, Dos Pilas ikut tersapu. Arus yang kuat melucuti lapisan sedimen yang menutupi sebuah tangga kuno peninggalan suku Maya. Situs Judi Online
Dilansir Britannica, Dos Pilas dulunya adalah ibukota kuno dari kerajaan Maya Petexbatun, Guatemala. Letaknya di dekat Sungai Salinas yang sekarang bernama Peten. Pada puncak kejayaannya, kerajaan ini mencakup area seluas 3.885 kilometer persegi.
Hingga pergantian abad 21, para arkeolog masih bertanya-tanya apa yang terjadi pada Dos Pilas dan seluruh bangsa Maya. Saat itu, para ahli berpendapat kalau peradaban Maya terdiri dari negara-negara kecil dengan koneksi lemah yang dinaungi oleh sebuah kerajaan besar. Namun penemuan beberapa anak tangga berhias hieroglif telah membuka tabir misteri kehancuran bangsa Maya secara tiba-tiba pada tahun 900, meskipun hanya sebagian. Riwayat yang tertulis pada anak-anak tangga itu mengisi jeda 60 tahun yang hilang dalam sejarah kehancuran bangsa Maya.
Rangkaian huruf-huruf kuno itu menceritakan hikayat panjang tentang berdirinya Dos Pilas pada tahun 629 dan berbagai peristiwa penting yang melibatkan negara tersebut dalam salah satu perang dunia terbesar di masa lalu. Awalnya, Dos Pilas tunduk di bawah Tikal. Raja Dos Pilas merupakan saudara dari raja Tikal. Kemudian, raja Dos Pilas ditaklukkan oleh Calakmul, sebuah negara kota dengan kekuasaan besar di Meksiko. Pasca penaklukan, Dos Pilas membelot dan menyatakan perang kepada Tikal. Setelah pertempuran selama bertahun-tahun, akhirnya Tikal jatuh.
Tangga peninggalan suku Maya di Dos Pilas, Guatemala Flickr/Jocelyn SauriniMenurut arkeolog Federico Fahsen kepada National Geographic, teks-teks kuno itu menjelaskan pertumpahan darah yang mewarnai penaklukan Tikal. "Tangga di bagian barat sangat sadis. Bertuliskan 'darah menganak sungai dan tengkorak orang-orang dari pusat kota Tikal menggunung." Setelah menaklukkan Tikal, Dos Pilas melakukan invasi ke negara-negara lain dan menjadi negara dengan kekuasaan besar di bawah Calakmul sebelum musnah pada tahun 760. BANDAR POKER ONLINE
Menurut arkeolog Arthur Demarest dari Vanderbilt University, dampak perselisihan di antara ketiga peradaban tersebut sangat besar. "Ini bukan lagi perebutan dinasti antara dua saudara, melainkan bagian dari sebuah perang dunia."
Kini, para ilmuwan percaya perang besar untuk menguasai akses sungai dan jalur perdagangan komersial di tanah tersebut telah menyebabkan kemunduran tiba-tiba bangsa Maya.
Demarest berpendapat perang besar di Dos Pilas menandakan periode di mana bangsa Maya tengah menuju fase konsolidasi untuk menjadi sebuah kerajaan tunggal. Namun, bangsa Maya tak pernah berhasil mencapai tujuan tersebut.
"Perang besar ini berlangsung maju-mundur. Setelah Tikal takluk, konflik menyala kembali dan pada akhirnya menggerus Calakmul. Kemudian peradaban Maya pecah menjadi kekuatan-kekuatan regional." Kekuatan-kekuatan baru ini lantas saling berebut kekuasaan dan memicu peperangan dalam taraf kecil yang membawa bangsa Maya pada kehancuran.
Walaupun begitu, tak semua arkeolog sepenuhnya setuju dengan pendapat ini. David Stuart, ahli aksara hieroglif Maya dari Harvard University mengatakan kalau konflik antara Dos Pilas, Tikal, dan Calakmul tak bisa menjelaskan fenomena hilangnya bangsa Maya dari kota yang mereka bangun secara tiba-tiba beberapa abad kemudian.
"Benar bahwa peperangan merupakan bagian penting dalam sejarah Maya hingga periode ketika bangsa tersebut meninggalkan peradaban mereka, meskipun saya pikir sebuah bencana besar, entah itu berhubungan dengan alam atau tidak, memegang peranan terbesar."+
SUMBER : https://www.merdeka.com/gaya/benda-ini-mengungkap-salah-satu-misteri-hilangnya-suku-maya-splitnews-2.html