Nyi Roro Kidul merupakan sosok dewi legendaris Indonesia yang begitu terkenal dengan berbagai mitos-mitosnya yang misterius. Kedudukan Nyai Loro Kidul sebagai Ratu-Lelembut tanah Jawa menjadi motif populer dalam cerita rakyat dan mitologi. Keberadaan Nyi Roro Kidul telah mengakar dalam keyakinan sebagian masyarakat Jawa. Ia dipercaya kerap melakukan komunikasi dengan manusia.
Seperti yang dikutip dari infoyunik.blogspot.com, Tempat-tempat ini dipercaya menjadi lokasi favorit yang dipilih Nyi Roro Kidul untuk mengadakan pertemuan. Beberapa pihak mengakui bahwa lokasi ini menjadi pintu menuju Alam Ghaib sang Ratu. Dimana saja tempat-tempat tersebut?
1. Hotel Inna Samudera, Jawa Barat
Hotel ini terletak di Sukabumi, kawasan Pelabuhan Ratu Jawa Barat dan dibangun oleh Presiden Soekarno di tahun 1962. Dahulu namanya adalah Samudera Beach Hotel yang hanya menjadi tempat-tempat kaum kelas atas menghabiskan akhir pekannya. Hotel ini menjadi salah satu hotel yang istimewa, namun bukan karena menjadi hotel kaum bangsawan, namun karena ada kamar 308 yang dianggap misterius karena dipercaya menjadi tempat peristirahatan Nyai Roro Kidul.
Berbeda dengan kamar lainnya yang disewakan untuk menginap, kamar 308 ini dibiarkan kosong begitu saja. Namun meski tidak berpenghuni, pihak hotel selalu menjaga dengan baik untuk menyenangkan sang ratu pantai. Nuansa kamar pun diatur sedemikian rupa dengan dominasi warna hijau yang dipercaya sebagai warna favorit Roro Kidul. Domino 99
Jika ada pengunjung yang ingin mampir, maka harus melakukan sejumlah persyaratan yang dtelah ditentukan seperti mengucapkan salam saat masuk dan keluar kamar, tidak boleh berisik atau membuat kegaduhan, tidak boleh menyampah, tidak boleh berada di kamar selama lebih dari sejam, dan khusus wanita yang sedang haid dilarang masuk.
Biasanya pengunjung yang datang ke kamar ini membawa hadiah untuk ratu. Kamar ini juga kerap dijadikan tempat semedi oleh para pengunjung. Bila ingin bersemedi di kamar misterius ini, Anda akan dikenakan tarif Rp125.000 untuk semedi selama satu jam. Pengunjung memang tidak boleh berlama-lama di kamar ini karena dikhawatirkan sang ratu merasa terganggu. Namun bila Anda memang sedang menginap di hotel ini, Anda sama sekali tak dikenakan tarif sepeserpun tapi tetap harus mematuhi syarat yang telah ditentukan.
2. Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton ini terletak di pusat Kota Solo dan didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744. Keraton ini merupakan pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini.
Di kalangan masyarakat sekitar berkembang mitos bahwa Sangga Buwana dulunya merupakan tempat pertemuan Raja dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul. Masyarakat juga meyakini bahwa semua bangunan yang berdiri di Solo tidak boleh melebihi Sangga Buwana yang memiliki ketinggian sekitar 35 meter.
Menurut cerita, Panggung Sangga Buwana yang ada di kraton ini menjadi tempat bercengkerama antara sultan Surakarta dengan Kanjeng Ratu. Sang Ratu akan menunjukkan wajah sebagai perempuan muda dan cantik pada saat bulan muda. Namun, lama-kelamaan wajahnya akan terlihat berangsur – angsur memburuk.
Bahkan, saat memasuki kompleks utama yang berada setelah Gladag, pengunjung harus merlepas alas kaki yang digunakan. Pengunjung dipaksa berjalan tanpa alas kaki di atas pasir yang memenuhi pelataran halaman kompleks utama. Pasir-pasir ini konon dibawa langsung dari Pantai Selatan.
Selain itu, kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan.
3. Keraton Yogyakarta
Di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, ada sebuah bangunan di Kompleks Taman Sari (Istana Bawah Air), yakni sekitar 1 KM sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan dengan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat bertemunya sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Nyi Roro Kidul.
Salah satu bentuk penghayatan yang dilakukan oleh Keraton, baik Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta adalah pementasan tarian yang paling sakral di Keraton, yakni Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun kali saat peringatan Hari Penobatan para raja. Dalam tarian itu, sembilan orang penari mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa, serta mengundang Nyi Roro Kidul dan menikahi susuhan. Konon, sang ratu akan muncul secara gaib dalam wujud penari kesepuluh yang terlihat berkilauan dibandingkan penari lainnya.
4. Vihara Kalyana Mitta
Vihara Kalyana Mitta ini berlokasi di Jalan Pekojan 1 No. 65, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Vihara ini memiliki keunikan tersendiri, ternyata kisah Nyai Roro Kidul juga sampai di Jakarta. Di Vihara Kalyana Mitta, Pekojan, Jakarta Barat, terdapat satu tempat pemuliaan untuk Nyai Roro Kidul.
Dilansir dari situs resmi Vihara Kalyana Mitta, ruangan yang ada di lantai bawah atau altar dewa-dewi vihara ini, disana dapat terlihat lukisan Kanjeng Ratu lengkap dengan dupa, keris, dan alat sesajen lainnya. Tidak cuma Kanjeng Ratu Selatan, selain itu juga bisa melihat tempat pemuliaan Eyang Surya Kencana, Raden Ratu Prawira Negara, dan yang menjadi tempat doa utama di vihara ini adalah Kwan Im Pho Sat.
5. Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis menyimpan banyak legenda tentang penguasa laut selatan, Nyai Roro Kidul. Sebagian orang percaya bahwa pengunjung dilarang mengenakan pakaian berwarna hijau saat berada di pantai ini. Karena mitosnya seseorang yang memakai baju hijau akan menjadi sasaran Nyai Roro Kidul untuk dijadikan pengikutnya.
Setiap malam satu suro pantai ini akan ramai dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan upacara adat untuk merpersembahan sesajian. yang akan dilepas kelaut. BandarQ
Percayakah Anda? ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa keberadaan Nyi Roro Kidul hanyalah simbol yang tidak nyata bentuk fisiknya. Salah satu analisis seperti itu dikemukakan oleh Y. Argo Twikromo. Dalam bukunya yang berjudul Ratu Kidul, Argo menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan, dan keseimbangan hidup. Karema hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.