Tapi sekarang kayaknya sudah sangat jarang sekali karena entah habis karena perburuan atau sebab lainnya aku kurang tahu. Lambat laun kisah legenda naga ini mulai jarang sekali terdengar diceritakan kembali sampai pada suatu hari. Cerita legenda naga ini aku dengar kemudian dari temanku yang mempunyai seorang kakek yang tinggal dikaki gunung rinjani.
Saat itu siang hari, waktu itu aku sedang duduk istirahat sambil memperhatikan beberapa pekerja sedang membenahi karung-karung tembakau yang telah aku labeli kualitasnya berdasarkan standar yang sudah ditentukan perusahaan. Aku memang akrab dengan pekerja-pekerja ditempatku karena pikirku tanpa mereka aku gak akan bisa bekerja maksimal. Capsa Susun Online
Karena itu saat jam istirahat yang biasanya teman-temanku kumpul bersama ditempat makan siang yang sudah disediakan untuk kami. Aku memilih bersama dengan para pekerja, biasanya kami berkumpul makan siang sambil mengobrol banyak hal dari kehidupan pribadi, sejarah (versi mereka sih), mitos, tahayul, humor dan lain-lain, pokoknya banyak dah yang diobrolin, dan suatu saat aku mencoba menggali cerita mitos tentang legenda naga yang ada dikaki gunung Rinjani.
Sebagian besar mengatakan kalau itu cuma mitos dan belum pernah ada yang bercerita pernah melihatnya, sampai saat itu salah satu orang berkata kalau keberadaan naga itu bukan mitos tetapi benar adanya. Aku surprise ternyata ada yang mengatakan naga itu bukanlah mitos tetapi memang benar ada, akhirnya aku mendesak dia menceritakannya alasan dibalik dia mengatakan naga bukan mitos.
Begini ceritanya, aku sebut saja namanya Ojik. Sekitar enam bulan yang lalu dia berkunjung kerumah salah satu saudara kakeknya yang ada dikaki gunung Rinjani. Rumah kakeknya ini agak terpencil jadi jauh dari jalan raya, tempatnya melewati hutan dan terletak tidak jauh dari salah satu lereng gunung. Di tempat itu selain kakeknya tinggal juga beberapa orang yang masih ada hubungan keluarga kalau tidak salah sekarang sudah ada lebih dari sepuluh rumah yang ada disana.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam, dia sampai dirumah kakeknya. Mereka disambut dengan hangat dan merasa sangat betah disana dengan udara gunung yang terasa dingin dan segar. Tetapi ada tidak betahnya juga karena disana gak ada televisi plus sinyal ponsel kadang ada kadang hilang, jadi tidak bisa ngenet dah *hehe. Pada hari kedua saat sedang melihat gambar-gambar diponsel dia dikagetkan oleh suara kakeknya yang bertanya “ojik, kamu lagi lihat apa?”.
“Lagi lihat gambar-gambar saja kek” jawab ojik. Kemudian kakeknya bertanya “nah itu gambar apa?” sambil memperhatikan gambar yang ada diponsel lebih dekat (maklum sudah tua), “ini gambar naga disalah satu film kartun” jawab ojik. “Oh ada filmnya ya, gambarnya sama persis dengan yang ada dilereng gunung sana” kata kakek. Ojik pun terkejut dan dia kembali bertanya dengan penuh antusias dan penasaran “benaran ada kek, dilereng yang mana?”.
“Ada dilereng sebelah sana, agak jauh dari sini, jalannya juga sulit kalau mau kesana” kemudian si kakek melanjutkan “dulu sewaktu kakek masih muda sering melihatnya terbang kalau sudah menjelang malam, terkadang bahkan melewati atas rumah”. Merasa penasaran ojik lalu bilang “terus kek”. Kakek kembali berkata “kalau sudah maghrib kita buru-buru menutup pintu rumah dan memasukan ternak kedalam kandang, karena kalau naga itu tidak mendapat rusa atau binatang lain maka dia akan mengincar ternak penduduk yang berkeliaran. Naga itu biasanya pulang setelah isya”.
Kakek kembali bercerita “tapi sekarang sudah jarang sekali kakek lihat, beberapa tahun belakangan ini sudah gak pernah lagi lewat didaerah sini, atau mungkin dia mencari makan ditempat lain”. Ojik kembali bertanya “bentuknya apa sama persis dengan gambar ini kek”, kakek menjawab “kurang lebih seperti itu tapi kakek dulu menyebutnya buaya terbang, ukurannya lebih besar seperti sapi, sayapnya besar dan memiliki ekor, warnanya seperti abu rokok dan punggungnya seperti berlumut kehijauan”. Bandar Sakong Online
Ojik kembali bertanya “suaranya seperti apa kek”, kakek menjawab “suaranya seperti suara kambing tetapi lebih keras dan agak sedikit menggeram”. Ojik bertanya “memangnya kakek pernah lihat”, kakek berkata “pernah, makanya kakek tahu, dulu semasa muda pernah kakek bersama beberapa teman pergi mencari sarangnya, dan kakek berhasil menemukannya dilereng sebelah sana berada dipinggir sungai, waktu itu siang hari jadi naga itu terlihat jelas dia sedang memakan seekor rusa bersama seekor anaknya”.
Ojik yang penasaran segera mengajak kakeknya kesana tetapi karena kondisi masih musim hujan dan jalanan licin akhirnya mereka tidak jadi mencari lokasi sarang naga tersebut, sampai akhirnya ojik kembali pulang karena harus kembali bekerja. Mendengar ceritanya tentu saja aku percaya gak percaya, kemudian menanyakan seperti apa sih gambar naga yang di lihat kakeknya itu.
Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukan gambar Toothless di film How To Train Your Dragon. “Sudah aku duga, naga itu bentuknya seperti itu, bukan seperti gambar naga dari mitos bangsa cina dan karena itu komodo disebut juga naga purba” ujarku mengakhiri obrolan kami tentang legenda naga itu karena kami harus kembali bekerja. Sekian.