Di sebuah hotel yang memiliki sejarah kelam di pusat kota Los Angeles, mayat seorang perempuan ditemukan di dalam tangki air di atap hotel dan akses menuju atap hanya bisa dilakukan lewat tangga darurat dan sebuah pintu yang terkunci rapat.
Ini bukan bagian dari naskah buku detektif Conan. Peristiwa ini benar-benar terjadi dan telah memicu perbincangan hangat di seluruh dunia. Para penggemar misteri hingga pengguna internet untuk seketika lamanya bermain menjadi detektif dunia maya. Semuanya dilakukan dalam usaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Elisa Lam.
Ini bukan bagian dari naskah buku detektif Conan. Peristiwa ini benar-benar terjadi dan telah memicu perbincangan hangat di seluruh dunia. Para penggemar misteri hingga pengguna internet untuk seketika lamanya bermain menjadi detektif dunia maya. Semuanya dilakukan dalam usaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Elisa Lam.
Peristiwanya dimulai pada tanggal 19 Februari 2013 ketika para penghuni hotel Cecil di pusat kota Los Angeles mengajukan komplain kepada pengurus hotel mengenai aliran air yang terlalu kecil. Jadi seorang petugas pemeliharaan segera mengambil kunci pintu menuju atap hotel dimana tangki penampungan air berada.
Apa yang ditemukannya segera menimbulkan gelombang kejut ke seluruh penghuni hotel.
Di dalam salah satu dari empat tangki yang ada di atap itu, ditemukan sesosok mayat yang diidentifikasi sebagai Elisa Lam, salah satu penghuni hotel yang telah dinyatakan hilang selama lebih kurang 19 hari.
Elisa Lam adalah seorang mahasiswi di University of British Columbia, Kanada. Usianya 21 tahun dan pada tanggal 26 Januari 2013 pergi ke Los Angeles seorang diri dan check in ke hotel Cecil. Ia terlihat terakhir kali oleh staf hotel pada tanggal 31 Januari.
Pada tanggal 13 Februari, kepolisian Los Angeles merilis sebuah rekaman CCTV lift hotel untuk meminta bantuan masyarakat yang mungkin melihat Elisa.
Pada tanggal 19 Februari, mayat Elisa Lam ditemukan di dalam tangki air.
Ada dua hal yang menjadi misteri utama dalam kasus ini. Yang pertama adalah apa yang sedang dilakukan Elisa di dalam lift yang terekam oleh CCTV dan yang kedua adalah bagaimana Elisa bisa naik ke atap dan masuk ke dalam tangki.
Dalam rekaman CCTV yang dirilis pihak kepolisian, terlihat kalau Elisa Lam bertingkah cukup aneh.
Ia masuk ke lift di lantai 14, kemudian menekan beberapa tombol sekaligus sambil mendekatkan kepalanya.
Setelah memastikan tidak ada yang aneh, ia kembali masuk ke lift, berdiri sebentar, lalu merapat ke sudut lift seakan-akan sedang bersembunyi dari seseorang.
Lalu ia keluar lift lagi, melihat ke kiri kanan dan masuk kembali ke dalam lift sambil menekan-nekan ulang tombol lift.
Setelah itu ia kembali keluar. Di sebelah kiri lift, ia menggerak-gerakkan tangan seperti sedang menari atau berenang. Lalu ia pergi dan pintu lift tertutup.
Setelah itu ia kembali keluar. Di sebelah kiri lift, ia menggerak-gerakkan tangan seperti sedang menari atau berenang. Lalu ia pergi dan pintu lift tertutup.
Berikut videonya:
Apa yang sedang terjadi pada Elisa Lam di dalam lift tersebut? Mengapa ia bertindak begitu aneh?
Lalu, bagaimana ia bisa berada di dalam tangki? bagaimana caranya naik ke atap yang terkunci?
Jika Elisa Lam dibunuh, maka lokasi dan kondisi yang menyertai penemuan mayatnya menunjukkan kalau pembunuhan ini adalah sebuah kejahatan yang sempurna.
Menurut pihak kepolisian, mereka memiliki lebih dari 100 jam rekaman CCTV di dalam hotel Cecil, namun memutuskan hanya merilis rekaman di dalam lift tersebut untuk mempermudah warga yang mengenalinya karena Elisa Lam yang terlihat di rekaman tersebut agak berbeda dengan foto-foto di facebooknya.
Pada tanggal 22 Februari 2013, pihak kepolisian menyelesaikan otopsi dan mengumumkan kalau penyebab kematian Elisa belum bisa dipastikan dan pengumuman selanjutnya akan menunggu hasil pemeriksaan toksikologi terlebih dahulu.
Pada tanggal 21 Juni 2013, seluruh pemeriksaan selesai dan pihak kepolisian mengumumkan bahwa kematian Elisa Lam terjadi akibat "Accidental Drowning" atau tenggelam karena kecelakaan. Pemeriksaan ini juga menemukan kalau Elisa menderita Bipolar Disorder (Penyakit mental yang berhubungan dengan perubahan mood yang drastis) yang yang bisa jadi berkontribusi terhadap kecelakaan ini. Pihak kepolisian tidak mengelaborasi lebih lanjut.
Jadi tidak ada aksi "kejahatan sempurna" seperti yang diperkirakan banyak orang.
Pengumuman ini membuat keluarga Elisa cukup kecewa karena tidak ada keterangan bagaimana Elisa bisa sampai ke atap.
Apakah pihak kepolisian benar-benar telah menyelesaikan kasus ini? ataukah ada kemungkinan lain?
Sebelum kita berspekulasi yang aneh-aneh, kita perlu menyadari satu hal.Kasus ini tidak akan bisa dipecahkan hanya dengan melihat beberapa foto dan rekaman serta membaca beberapa cuplikan berita. Bahkan di dalam film-film fiksi, para detektif brilian membutuhkan akses ke berbagai informasi untuk memecahkan suatu kasus pembunuhan.
Dalam kasus Elisa Lam, kita butuh semua rekaman CCTV dari hotel Cecil. Kita juga butuh transkrip wawancara dengan semua karyawan dan tamu hotel. Lalu, hasil pemeriksaan lokasi tangki dan jalur menuju atap, sidik jari yang ditemukan, hasil pemeriksaan kamar tempat Elisa menginap, ponsel Elisa dan masih banyak lagi.
Tanpa semua itu kita hanya memiliki spekulasi.
Kemungkinan Pertama - Pembunuhan oleh Iluminati
Saya tidak sedang mengada-ngada. Teori ini diajukan oleh banyak penganut teori konspirasi di internet. Alasannya adalah nama "Elisa Lam". Tidak berapa lama sebelum kematian Elisa, di wilayah itu terjadi wabah TBC. Salah satu metode untuk mendiagnosa keberadaan penyakit tersebut pada pasien HIV adalah "LAM-ELISA".
Jika kalian tidak percaya, kalian bisa menggooglingnya dan menemukan keterangan tentang metode ini.
Berdasarkan pada kesamaan ini, para penganut teori konspirasi mengambil kesimpulan bahwa kematian Elisa digunakan oleh Iluminati untuk memperingati warga Los Angeles mengenai serangan senjata biologis yang akan segera datang.
Bingung?
Saya juga. Tapi, tidak bisa disangkal, ada kebetulan yang luar biasa disitu.
Kemungkinan kedua - Pembunuhan oleh Hantu
Para pengguna internet di Asia mulai menghubungkan kematian Elisa dengan hantu. Sebabnya adalah karena rekaman CCTV yang misterius tersebut dan adanya kesamaan antara kondisi kematian Elisa dengan adegan dalam film horor "Dark Water".
Lalu, sejarah kelam hotel Cecil menunjukkan adanya kematian-kematian misterius lainnya. Hotel Cecil berdiri pada tahun 1927. Richard Ramirez dan Jack Unterweger, dua pembunuh berantai termashyur diketahui tinggal di hotel itu sementara melakukan kejahatannya. Tahun 1950an hingga 1960an, hotel ini menjadi sangat terkenal karena beberapa pengunjung bunuh diri dengan melompat dari jendela.
Apakah mungkin roh-roh penasaran dari masa lampau kembali datang dan menghantui Elisa?
Kemungkinan ketiga - Pembunuhan (bukan oleh Iluminati atau hantu)
Beberapa media menyebutkan kalau Elisa ditemukan di dalam tangki dalam keadaan telanjang.
Sebelum mayatnya ditemukan, pihak kepolisian sudah pernah mencari Elisa ke atap hotel dan mereka tidak menemukan pakaian disana. Ini berarti Elisa mengalami kejahatan seksual dan pembunuhnya membawa pakaiannya pergi untuk menghapus jejak, atau minimal untuk menunda penemuan mayat supaya ia punya waktu untuk melarikan diri.
Jika ini yang terjadi, pembunuhnya pastilah seorang pria berbadan besar karena dibutuhkan kekuatan yang cukup besar untuk mengangkat mayatnya lewat tangga ke dalam tangki.
Sebelum mayatnya ditemukan, pihak kepolisian sudah pernah mencari Elisa ke atap hotel dan mereka tidak menemukan pakaian disana. Ini berarti Elisa mengalami kejahatan seksual dan pembunuhnya membawa pakaiannya pergi untuk menghapus jejak, atau minimal untuk menunda penemuan mayat supaya ia punya waktu untuk melarikan diri.
Jika ini yang terjadi, pembunuhnya pastilah seorang pria berbadan besar karena dibutuhkan kekuatan yang cukup besar untuk mengangkat mayatnya lewat tangga ke dalam tangki.
Atau... bisa juga pembunuhnya tidak berbadan besar. JIka demikian adanya, maka kemungkinan besar Elisa mengenalnya.
Bisa saja ia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya di hotel. Lalu pembunuh itu mengirimnya pesan untuk bertemu di lantai 14, mungkin dengan ajakan untuk melihat pemandangan kota Los Angeles di malam hari lewat jendela kecil di lantai itu. Atau sang pembunuh memang tinggal di lantai tersebut (Elisa tinggal di lantai 4 dan lift yang terlihat di CCTV adalah di lantai 14).
Di lift, Elisa memutuskan untuk bermain-main sebentar. Ia membuka lift, lalu menekan tombol door hold, bersembunyi di sudut lift. Tujuannya untuk mengagetkan sang teman jika ia masuk ke dalam lift. Karena tidak kunjung datang, Elisa memutuskan untuk membatalkan permainannya.
Mengenai gerakan anehnya di dalam lift, mungkin karena Elisa bosan dan sedang ingin sedikit merilekskan pikirannya.
Walaupun ia gagal mengagetkan temannya, namun, acara melihat pemandangan tetap berlanjut. Elisa keluar lift, bertemu dengannya di lantai 14.
Sang pembunuh mengusulkan untuk naik ke atap demi mendapatkan pemandangan Los Angeles yang lebih jelas. Setelah Menyadari pintu menuju atap terkunci, mereka naik ke atas lewat tangga darurat.
Di lift, Elisa memutuskan untuk bermain-main sebentar. Ia membuka lift, lalu menekan tombol door hold, bersembunyi di sudut lift. Tujuannya untuk mengagetkan sang teman jika ia masuk ke dalam lift. Karena tidak kunjung datang, Elisa memutuskan untuk membatalkan permainannya.
Mengenai gerakan anehnya di dalam lift, mungkin karena Elisa bosan dan sedang ingin sedikit merilekskan pikirannya.
Walaupun ia gagal mengagetkan temannya, namun, acara melihat pemandangan tetap berlanjut. Elisa keluar lift, bertemu dengannya di lantai 14.
Sang pembunuh mengusulkan untuk naik ke atap demi mendapatkan pemandangan Los Angeles yang lebih jelas. Setelah Menyadari pintu menuju atap terkunci, mereka naik ke atas lewat tangga darurat.
Sesampainya di atap, pembunuh itu mengajaknya naik ke "storage room". Lalu disana Elisa dibunuh, mungkin dengan memberinya semacam obat yang membuatnya kehilangan kesadaran. Dari situ, tidak terlalu sulit memasukkan mayat Elisa ke dalam tangki, seperti yang terlihat pada foto di bawah ini.
Karena obat yang diberikan hanya dalam dosis ringan, mayat yang sudah membusuk selama belasan hari akan melenyapkan jejak-jejaknya sehingga lolos dari penyelidikan petugas toksikologi.
Kemungkinan terjadinya pembunuhan memang menjadi spekulasi banyak orang. Namun, sebaik apapun teori mengenai cara pembunuhan dilakukan akan menjadi tidak masuk akal. Alasannya sederhana.
Seperti yang saya katakan, pihak kepolisian memiliki akses terhadap seluruh CCTV gedung. Jika pihak hotel memasang CCTV di dalam lift, bisa dipastikan kalau mereka juga memasangnya di lorong hotel. Apabila Elisa memang bersama seseorang pada hari itu, pastilah CCTV akan menangkapnya dan polisi sudah akan memiliki seorang tersangka. Jika Elisa tidak bersama seseorang, pastilah polisi juga sudah memeriksa CCTV untuk melihat siapa saja yang pernah naik ke atap atau turun dari atap.
Namun, tidak ada rilis mengenai semua ini yang berarti kemungkinan memang tidak ada pembunuh.
Karena obat yang diberikan hanya dalam dosis ringan, mayat yang sudah membusuk selama belasan hari akan melenyapkan jejak-jejaknya sehingga lolos dari penyelidikan petugas toksikologi.
Kemungkinan terjadinya pembunuhan memang menjadi spekulasi banyak orang. Namun, sebaik apapun teori mengenai cara pembunuhan dilakukan akan menjadi tidak masuk akal. Alasannya sederhana.
Seperti yang saya katakan, pihak kepolisian memiliki akses terhadap seluruh CCTV gedung. Jika pihak hotel memasang CCTV di dalam lift, bisa dipastikan kalau mereka juga memasangnya di lorong hotel. Apabila Elisa memang bersama seseorang pada hari itu, pastilah CCTV akan menangkapnya dan polisi sudah akan memiliki seorang tersangka. Jika Elisa tidak bersama seseorang, pastilah polisi juga sudah memeriksa CCTV untuk melihat siapa saja yang pernah naik ke atap atau turun dari atap.
Namun, tidak ada rilis mengenai semua ini yang berarti kemungkinan memang tidak ada pembunuh.
Kemungkinan keempat - Kecelakaan
Seperti yang sudah saya katakan di atas, pihak kepolisian mengumumkan kalau kematian Elisa disebabkan oleh "Accidental Drowning". Jawaban ini tidak memuaskan banyak pihak, termasuk keluarga Elisa sendiri.
Bagaimana mungkin kasus seaneh ini dianggap sebagai kecelakaan? Mungkinkah pihak kepolisian salah dalam mengambil kesimpulan?
Memang ada kemungkinan itu.
Melakukan otopsi terhadap mayat yang diambil dari air bukan sesuatu yang mudah. Untuk menentukan apakah seseorang tewas karena tenggelam, tim forensik umumnya akan melihat air di dalam paru-paru atau keberadaan diatom (sejenis algae mikro) di dalam jaringan tubuh. Bukan hanya itu, tim forensik juga akan melihat apakah ada vegetasi di telapak tangan korban.
Jika seseorang tenggelam, maka reaksi pertamanya adalah menjangkau benda atau permukaan yang bisa disentuhnya. Karena itu, seringkali korban tenggelam memiliki sisa-sisa vegetasi air di tangannya (Untuk kasus Elisa, hal itu menjadi tidak mungkin karena ia bukan tenggelam di sungai, melainkan di sebuah tangki penampungan air yang tidak bervegetasi).
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, pihak kepolisian akan meminta bantuan toksikologis untuk memeriksa apakah ada zat-zat kimia atau obat-obatan di dalam mayat. Jika mayat telah mengalami pembusukan, maka toksikologis bisa memeriksa Vitreous Humor (sejenis gel yang berada di antara lensa dan retina mata) atau bahkan bakteri dan belatung yang ditemukan.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pihak toksikologis perlu mendapatkan riwayat kesehatan korban untuk mencocokkan obat-obatan yang ada di dalam sistem tubuhnya. Inilah yang menyebabkan hasil toksikologis Elisa baru bisa keluar empat bulan setelah kematiannya. Pihak kepolisian mengaku mengalami kesulitan mendapatkan riwayat kesehatan itu.
Intinya, yang ingin saya katakan adalah teknologi masa kini mampu mendeteksi keberadaan zat-zat kimia di dalam mayat, bahkan yang telah membusuk sekalipun.
Jika tidak ditemukan tanda-tanda seperti alkohol, obat-obatan, serangan jantung atau pukulan benda tumpul, maka mereka mengambil kesimpulan kalau korban tewas karena tenggelam. Jadi, memang pihak kepolisian bisa salah karena mereka hanya mengeliminasi beberapa kemungkinan untuk sampai kepada kesimpulan tenggelam. Tapi kemungkinan kesalahan itu sangat kecil.
Dalam kasus Elisa, pihak forensik tidak menemukan tanda-tanda kekerasan atau adanya obat-obatan di dalam tubuhnya sehingga kesimpulan kecelakaan pun diambil.
Seperti yang sudah saya katakan di atas, pihak kepolisian mengumumkan kalau kematian Elisa disebabkan oleh "Accidental Drowning". Jawaban ini tidak memuaskan banyak pihak, termasuk keluarga Elisa sendiri.
Bagaimana mungkin kasus seaneh ini dianggap sebagai kecelakaan? Mungkinkah pihak kepolisian salah dalam mengambil kesimpulan?
Memang ada kemungkinan itu.
Melakukan otopsi terhadap mayat yang diambil dari air bukan sesuatu yang mudah. Untuk menentukan apakah seseorang tewas karena tenggelam, tim forensik umumnya akan melihat air di dalam paru-paru atau keberadaan diatom (sejenis algae mikro) di dalam jaringan tubuh. Bukan hanya itu, tim forensik juga akan melihat apakah ada vegetasi di telapak tangan korban.
Jika seseorang tenggelam, maka reaksi pertamanya adalah menjangkau benda atau permukaan yang bisa disentuhnya. Karena itu, seringkali korban tenggelam memiliki sisa-sisa vegetasi air di tangannya (Untuk kasus Elisa, hal itu menjadi tidak mungkin karena ia bukan tenggelam di sungai, melainkan di sebuah tangki penampungan air yang tidak bervegetasi).
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, pihak kepolisian akan meminta bantuan toksikologis untuk memeriksa apakah ada zat-zat kimia atau obat-obatan di dalam mayat. Jika mayat telah mengalami pembusukan, maka toksikologis bisa memeriksa Vitreous Humor (sejenis gel yang berada di antara lensa dan retina mata) atau bahkan bakteri dan belatung yang ditemukan.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pihak toksikologis perlu mendapatkan riwayat kesehatan korban untuk mencocokkan obat-obatan yang ada di dalam sistem tubuhnya. Inilah yang menyebabkan hasil toksikologis Elisa baru bisa keluar empat bulan setelah kematiannya. Pihak kepolisian mengaku mengalami kesulitan mendapatkan riwayat kesehatan itu.
Intinya, yang ingin saya katakan adalah teknologi masa kini mampu mendeteksi keberadaan zat-zat kimia di dalam mayat, bahkan yang telah membusuk sekalipun.
Jika tidak ditemukan tanda-tanda seperti alkohol, obat-obatan, serangan jantung atau pukulan benda tumpul, maka mereka mengambil kesimpulan kalau korban tewas karena tenggelam. Jadi, memang pihak kepolisian bisa salah karena mereka hanya mengeliminasi beberapa kemungkinan untuk sampai kepada kesimpulan tenggelam. Tapi kemungkinan kesalahan itu sangat kecil.
Dalam kasus Elisa, pihak forensik tidak menemukan tanda-tanda kekerasan atau adanya obat-obatan di dalam tubuhnya sehingga kesimpulan kecelakaan pun diambil.
Jika mereka mengambil kesimpulan seperti itu, pastilah dengan alasan yang kuat. Jika mereka tidak mengelaborasi lebih lanjut, kemungkinan karena memang tidak ditemukan unsur kriminal sehingga penyelidikan dihentikan. Wajar saja.
Namun, kesimpulan ini punya lubang. Jika memang kematiannya diakibatkan karena kecelakaan, bagaimana mayat itu bisa berada di dalam tangki? Apakah Elisa naik ke atap untuk melihat pemandangan malam dan kemudian terpeleset ke dalam tangki? Bukankah tangki airnya tertutup?
Karena itu, ada kemungkinan terakhir yang mungkin lebih masuk akal dibanding karena kecelakaan.
Namun, kesimpulan ini punya lubang. Jika memang kematiannya diakibatkan karena kecelakaan, bagaimana mayat itu bisa berada di dalam tangki? Apakah Elisa naik ke atap untuk melihat pemandangan malam dan kemudian terpeleset ke dalam tangki? Bukankah tangki airnya tertutup?
Karena itu, ada kemungkinan terakhir yang mungkin lebih masuk akal dibanding karena kecelakaan.
Kemungkinan kelima - Bunuh Diri
Sampai sejauh ini kita bisa mengetahui kalau pihak kepolisian memiliki informasi sebagai berikut:
1. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan pada mayat.
2. Tidak ada tanda-tanda overdosis obat atau racun pada mayat.
3. Tidak ada tanda-tanda kalau Elisa bertemu dengan seseorang di hotel.
4. Elisa Lam memiliki riwayat Bipolar Disorder.
Dari keempat informasi ini, jelas kalau kemungkinan pembunuhan bisa dieliminasi sehingga hanya tinggal dua yang paling mungkin, yaitu karena kecelakaan dan karena bunuh diri. Diantara keduanya, saya lebih condong ke bunuh diri. Jika kesimpulan bunuh diri diambil, maka banyak pertanyaan yang bisa terjawab dengan mudah. Misalnya beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Menurut Michaelshouse.com, salah satu organisasi yang berhubungan dengan kecanduan alkohol, obat-obatan dan masalah mental, gejala-gejala yang bisa dijumpai pada penderita Bipolar Disdorder adalah:
"The symptoms of bipolar disorder and drug addiction are often similar, including: depression, mood swings, hopeless feelings,social withdrawal, anxiety and other behaviors."
Saya tidak akan heran jika Elisa pergi ke Los Angeles sendirian karena memang sedang ingin menyendiri.
Namun karena Elisa check in ke hotel pada tanggal 26 Januari dan terakhir terlihat pada tanggal 31 Januari, maka kita bisa menyimpulkan kalau rekaman itu kemungkinan diambil pada tanggal 31 Januari.
Namun bagaimanapun juga perilaku yang ditunjukkan di dalam lift tetap menarik karena sangat tidak umum. Yang bisa saya berikan adalah beberapa kemungkinan lagi.
a. Elisa sedang mabuk obat atau alkohol.
Teori ini akan kembali kepada Bipolar Disorder yang diidapnya. Sebelum hasil toksikologi Elisa keluar, rekaman CCTV di lift tersebut diperlihatkan kepada Trinka Porrata, seseorang yang ahli dalam masalah obat bius. Walaupun ia tidak bisa memastikannya, namun Trinka menduga bahwa Elisa berada di bawah pengaruh obat-obatan.
Ketika hasil toksikologisnya keluar, kita bisa mengetahui bahwa ternyata obat-obatan bukan faktor yang menyebabkan Elisa bertingkah seperti itu. Kalau begitu apa?
Kemungkinannya adalah Elisa sedang mabuk alkohol. Jawaban ini sangat sederhana dan terkesan menunjukkan kemalasan berpikir. Tapi saya punya dasar untuk mendukungnya.
Menurut statistik, sekitar 60% dari penderita Bipolar Disorder mengalami kecanduan obat-obatan atau alkohol. Ini disebabkan karena mereka biasa lari ke alkohol untuk mengurangi depresi.
Lalu mengapa laporan toksikologis tidak menyinggung apa-apa soal alkohol?
Jika peristiwa lift memiliki selang waktu beberapa hari dengan kematian Elisa, maka jejak-jejak alkohol bisa tidak ditemukan di tubuhnya.
Jika kita meminum alkohol, maka jejak-jejak alkohol tersebut akan lenyap lewat nafas, keringat, urin dan metabolisme. Jejak-jejak tersebut bisa segera hilang dari tubuh kita dalam tempo 10 jam hingga beberapa hari (Tergantung berapa banyak kita meminumnya).
Persoalan dengan teori ini adalah Elisa tidak atau kurang terlihat seperti orang mabuk. Cara ia berjalan tidak seperti seseorang yang sempoyongan. Satu-satunya tindakan yang membuatnya terlihat seperti orang mabuk adalah gerakan tangannya.
b. Tindakan Elisa hanya iseng.
Berapa banyak dari antara kalian yang sering melakukan gerakan aneh atau lucu jika sedang sendirian? Berapa banyak di antara kalian yang suka membuat ekspresi lucu ketika sedang bercermin? Saya yakin cukup banyak.
Perilaku aneh Elisa bisa jadi hanya karena ia seorang yang cukup "animated". Mungkin terpengaruh oleh Bipolar Disorder yang diidapnya.
c. Bipolar Disordernya kambuh karena tidak meminum obat.
Ini adalah kemungkinan yang paling kuat. Penderita Bipolar Disorder seringkali memiliki gejala yang mirip dengan pengguna Obat bius dan penderita ADHD sehingga tindakan aneh Elisa di dalam lift bukan lagi menjadi sebuah misteri.
Itu adalah tiga kemungkinan untuk menjawab perilaku aneh Elisa di dalam lift.
1. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan pada mayat.
2. Tidak ada tanda-tanda overdosis obat atau racun pada mayat.
3. Tidak ada tanda-tanda kalau Elisa bertemu dengan seseorang di hotel.
4. Elisa Lam memiliki riwayat Bipolar Disorder.
Dari keempat informasi ini, jelas kalau kemungkinan pembunuhan bisa dieliminasi sehingga hanya tinggal dua yang paling mungkin, yaitu karena kecelakaan dan karena bunuh diri. Diantara keduanya, saya lebih condong ke bunuh diri. Jika kesimpulan bunuh diri diambil, maka banyak pertanyaan yang bisa terjawab dengan mudah. Misalnya beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Mengapa Elisa Lam bepergian sendiri ke Los Angeles?
Memang tidak ada yang bisa memberikan jawaban yang pasti soal ini. Namun kemungkinannya adalah karena ia ingin menyepi. Menurut Michaelshouse.com, salah satu organisasi yang berhubungan dengan kecanduan alkohol, obat-obatan dan masalah mental, gejala-gejala yang bisa dijumpai pada penderita Bipolar Disdorder adalah:
"The symptoms of bipolar disorder and drug addiction are often similar, including: depression, mood swings, hopeless feelings,social withdrawal, anxiety and other behaviors."
Saya tidak akan heran jika Elisa pergi ke Los Angeles sendirian karena memang sedang ingin menyendiri.
2. Mengapa Elisa Lam bertingkah aneh di dalam lift?
Sebelum saya menjawab pertanyaan ini, ada yang perlu kita ketahui terlebih dahulu. Rekaman CCTV tersebut bisa saja menjadi kunci pemecahan misteri ini atau tidak sama sekali. Soalnya kita tidak tahu pasti tanggal berapa rekaman itu diambil. Namun karena Elisa check in ke hotel pada tanggal 26 Januari dan terakhir terlihat pada tanggal 31 Januari, maka kita bisa menyimpulkan kalau rekaman itu kemungkinan diambil pada tanggal 31 Januari.
Kita tahu Elisa ditemukan pada tanggal 19 Februari, namun forensik tidak bisa memastikan kapan Elisa tewas. Udara dingin dan tidak adanya serangga di dalam tangki bisa memperlambat proses pembusukan sehingga mempersulit identifikasi waktu tewasnya.
Jadi, bisa saja ada selang beberapa hari antara terjadinya peristiwa lift dengan tewasnya Elisa sehingga rekaman tersebut tidak berarti bisa memberikan kepada kita sebuah petunjuk.
a. Elisa sedang mabuk obat atau alkohol.
Teori ini akan kembali kepada Bipolar Disorder yang diidapnya. Sebelum hasil toksikologi Elisa keluar, rekaman CCTV di lift tersebut diperlihatkan kepada Trinka Porrata, seseorang yang ahli dalam masalah obat bius. Walaupun ia tidak bisa memastikannya, namun Trinka menduga bahwa Elisa berada di bawah pengaruh obat-obatan.
Ketika hasil toksikologisnya keluar, kita bisa mengetahui bahwa ternyata obat-obatan bukan faktor yang menyebabkan Elisa bertingkah seperti itu. Kalau begitu apa?
Kemungkinannya adalah Elisa sedang mabuk alkohol. Jawaban ini sangat sederhana dan terkesan menunjukkan kemalasan berpikir. Tapi saya punya dasar untuk mendukungnya.
Menurut statistik, sekitar 60% dari penderita Bipolar Disorder mengalami kecanduan obat-obatan atau alkohol. Ini disebabkan karena mereka biasa lari ke alkohol untuk mengurangi depresi.
Lalu mengapa laporan toksikologis tidak menyinggung apa-apa soal alkohol?
Jika kita meminum alkohol, maka jejak-jejak alkohol tersebut akan lenyap lewat nafas, keringat, urin dan metabolisme. Jejak-jejak tersebut bisa segera hilang dari tubuh kita dalam tempo 10 jam hingga beberapa hari (Tergantung berapa banyak kita meminumnya).
Persoalan dengan teori ini adalah Elisa tidak atau kurang terlihat seperti orang mabuk. Cara ia berjalan tidak seperti seseorang yang sempoyongan. Satu-satunya tindakan yang membuatnya terlihat seperti orang mabuk adalah gerakan tangannya.
b. Tindakan Elisa hanya iseng.
Berapa banyak dari antara kalian yang sering melakukan gerakan aneh atau lucu jika sedang sendirian? Berapa banyak di antara kalian yang suka membuat ekspresi lucu ketika sedang bercermin? Saya yakin cukup banyak.
Perilaku aneh Elisa bisa jadi hanya karena ia seorang yang cukup "animated". Mungkin terpengaruh oleh Bipolar Disorder yang diidapnya.
c. Bipolar Disordernya kambuh karena tidak meminum obat.
Ini adalah kemungkinan yang paling kuat. Penderita Bipolar Disorder seringkali memiliki gejala yang mirip dengan pengguna Obat bius dan penderita ADHD sehingga tindakan aneh Elisa di dalam lift bukan lagi menjadi sebuah misteri.
Itu adalah tiga kemungkinan untuk menjawab perilaku aneh Elisa di dalam lift.
3. Kalau memang ia bunuh diri, mengapa aktivitasnya sebelum kematian tidak menunjukkan tanda-tanda ingin bunuh diri?
Benar. Sebelum kematiannya, Elisa mampir ke sebuah toko buku di sekitar hotel yang ironisnya bernama "The Last Book Store" dan membeli beberapa buku dan piringan. Ia mengatakan kepada penjaga toko bahwa buku dan piringan tersebut akan diberikan kepada orang tuanya sebagai oleh-oleh.
Orang yang berniat bunuh diri tidak akan membeli oleh-oleh.
Orang yang berniat bunuh diri tidak akan membeli oleh-oleh.
Namun ada kemungkinan lain.
Keinginan untuk bunuh diri itu bisa muncul tiba-tiba jika ia mendapatkan kabar yang membuatnya depresi atau jika Bipolar Disordernya kambuh.
Menurut statistik, di kalangan penderita Bipolar Disorder, tingkat bunuh diri tahunannya 20 kali lebih besar dibanding populasi pada umumnya. Sedangkan 25%-50% penderita Bipolar Disorder pernah mencoba untuk bunuh diri, dan keinginan untuk bunuh diri tersebut bisa muncul secara tiba-tiba.
Keinginan untuk bunuh diri itu bisa muncul tiba-tiba jika ia mendapatkan kabar yang membuatnya depresi atau jika Bipolar Disordernya kambuh.
Menurut statistik, di kalangan penderita Bipolar Disorder, tingkat bunuh diri tahunannya 20 kali lebih besar dibanding populasi pada umumnya. Sedangkan 25%-50% penderita Bipolar Disorder pernah mencoba untuk bunuh diri, dan keinginan untuk bunuh diri tersebut bisa muncul secara tiba-tiba.
4. Lalu bagaimana Elisa bisa sampai ke atap? Bukankah pintu menuju atap selalu terkunci dengan alarm?
Banyak orang mempermasalahkan akses ke atap gedung yang sepertinya tidak mungkin. Tapi, seringkali kita lupa bahwa akses menuju atap tidak hanya bisa dilakukan lewat pintu atap. Akses itu juga bisa dilakukan lewat tangga darurat. Dan percaya atau tidak, pintu menuju atap gedung sebenarnya tidak selalu terkunci. Jadi, menurut saya ini bukan masalah.
Di youtube, ada sebuah video dari seorang citizen journalist yang merekam pemandangan tangki air yang diambil dari atap hotel Cecil. Saya tidak tahu apakah ia memiliki ijin untuk naik ke atas. Namun jika tidak, ini menunjukkan bahwa akses menuju atap tidaklah begitu sulit.
Berikut videonya:
Di youtube, ada sebuah video dari seorang citizen journalist yang merekam pemandangan tangki air yang diambil dari atap hotel Cecil. Saya tidak tahu apakah ia memiliki ijin untuk naik ke atas. Namun jika tidak, ini menunjukkan bahwa akses menuju atap tidaklah begitu sulit.
Berikut videonya:
Ada satu hal lagi yang menarik dari video ini. Jika kalian memperhatikan baik-baik rekaman ini, kalian bisa menemukan banyak coretan-coretan di atap hotel dan di tangki air. Coretan-coretan tersebut terlihat seperti dibuat oleh orang-orang iseng.
Jika demikian, bukankah itu menunjukkan bahwa akses menuju atap bisa ditembus dengan mudah?
Jika demikian, bukankah itu menunjukkan bahwa akses menuju atap bisa ditembus dengan mudah?
5. Jika Elisa memang bunuh diri, mengapa ia melakukannya dalam keadaan telanjang?
Jika kita melihat kembali pada kasus-kasus bunuh diri di masa lampau, kita bisa menemukan kasus-kasus unik dimana bunuh diri dilakukan dalam keadaan telanjang. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Naked suicide. Jadi, bukan sesuatu yang aneh. Fenomena ini memang belum bisa dipahami sepenuhnya sehingga membuat para psikolog secara khusus mempelajarinya.
Selain itu, ada lagi kemungkinan lain. Yaitu tubuhnya tidak ditemukan dalam keadaan telanjang. Ini memang agak simpang siur dan media pun menjadi sedikit kebingungan. Contohnya berita dari examiner.com berikut ini.
Dari url yang saya lingkari, terlihat kalau examiner.com awalnya memberitakan bahwa mayat Elisa ditemukan dalam keadaan telanjang. Namun sepertinya mereka telah mengkoreksinya dan menghilangkan kata "Naked" dari headlinenya walaupun kemudian mengutip CBS Los Angeles yang memberitakan bahwa Elisa ditemukan dalam keadaan telanjang (nude). Namun jika kita masuk ke website CBS Los Angeles dan memutar video yang ada disitu, kita tidak akan menemukan kata nude disebutkan.Hanya media yang mengutip penyiar radio Claudia Peschiutta yang menyebutnya telanjang. Media-media lain tidak menyebutkan kondisi tersebut.
Maksud saya adalah, ada kemungkinan kalau media salah memberitakan kondisi penemuan mayat karena memang tidak ada rilis resmi dari pihak kepolisian yang menyebutkan soal itu. Namun kalaupun benar Elisa ditemukan dalam keadaan telanjang, maka jauh lebih masuk akal mengatakan ia tewas karena bunuh diri dibanding karena kecelakaan.
Maksud saya adalah, ada kemungkinan kalau media salah memberitakan kondisi penemuan mayat karena memang tidak ada rilis resmi dari pihak kepolisian yang menyebutkan soal itu. Namun kalaupun benar Elisa ditemukan dalam keadaan telanjang, maka jauh lebih masuk akal mengatakan ia tewas karena bunuh diri dibanding karena kecelakaan.
6. Jika Elisa bunuh diri, mengapa tangki air tertutup ketika ditemukan? Bukankah mustahil bisa menutup tangki air dari dalam?
Masalah tutup tangki memang menjadi sangat penting. Jika tutup tangki ditemukan dalam kondisi tertutup, maka kemungkinan terjadinya pembunuhan menjadi sangat besar. Namun seperti yang sudah saya katakan di atas, saya berasumsi bahwa polisi sudah melakukan tugasnya meneliti semua rekaman CCTV di dalam hotel dan tidak menemukan unsur pembunuhan dari sana. Dengan demikian kemungkinan keduanya adalah bunuh diri.
Kebanyakan orang akan berpendapat bahwa mustahil menutup tangki dari dalam. Namun sebenarnya tidak demikian. Ketika mayat Elisa ditemukan, tangki memang ditemukan dalam keadaan tertutup (dikonfirmasi oleh wawancara dengan pihak kepolisian). Namun jangan melupakan satu hal, yaitu faktor air.
Ketika mayat ditemukan, air tangki penuh sekitar 75%. Dengan kondisi ini,sangat mungkin pada saat Elisa masuk ke dalam tangki, airnya masih penuh.
Jika kita melihat desain tutup tangki, kita bisa melihat ada dua tonjolan di salah satu sisinya. Kemungkinan dua tonjolan ini adalah engsel. Artinya pintu tersebut seperti sebuah jendela yang terkait di salah satu sisinya. Jika Elisa masuk ke dalam tangki yang penuh dengan air, ia bisa mengambang dan menarik tutup tersebut. Sama sekali tidak mustahil.
Masalah tutup tangki memang menjadi sangat penting. Jika tutup tangki ditemukan dalam kondisi tertutup, maka kemungkinan terjadinya pembunuhan menjadi sangat besar. Namun seperti yang sudah saya katakan di atas, saya berasumsi bahwa polisi sudah melakukan tugasnya meneliti semua rekaman CCTV di dalam hotel dan tidak menemukan unsur pembunuhan dari sana. Dengan demikian kemungkinan keduanya adalah bunuh diri.
Kebanyakan orang akan berpendapat bahwa mustahil menutup tangki dari dalam. Namun sebenarnya tidak demikian. Ketika mayat Elisa ditemukan, tangki memang ditemukan dalam keadaan tertutup (dikonfirmasi oleh wawancara dengan pihak kepolisian). Namun jangan melupakan satu hal, yaitu faktor air.
Ketika mayat ditemukan, air tangki penuh sekitar 75%. Dengan kondisi ini,sangat mungkin pada saat Elisa masuk ke dalam tangki, airnya masih penuh.
Jika kita melihat desain tutup tangki, kita bisa melihat ada dua tonjolan di salah satu sisinya. Kemungkinan dua tonjolan ini adalah engsel. Artinya pintu tersebut seperti sebuah jendela yang terkait di salah satu sisinya. Jika Elisa masuk ke dalam tangki yang penuh dengan air, ia bisa mengambang dan menarik tutup tersebut. Sama sekali tidak mustahil.
7. Kalau memang Elisa bunuh diri, mengapa ia menenggelamkan diri ke dalam tangki dan bukan melompat saja dari atap gedung?
Sebelum menjawab ini, saya akan berikan satu lagi alasan mengapa saya menganggap kematian karena bunuh diri lebih mungkin karena kecelakaan.
Ini karena di masa lampau, kasus penemuan mayat di dalam tangki umumnya terjadi karena bunuh diri. Luar biasanya, salah satu yang mirip dengan kasus Elisa Lam adalah kasus yang menimpa pekerja wanita, warga negara Indonesia, di Singapura.
Bulan mei 2011, mayat Ruliyati ditemukan di dalam tangki air blok 686B, apartemen Woodland, Singapura. Ketika ditemukan, pertanyaan yang muncul sama dengan kasus Elisa.
Deja Vu?
Awalnya, kasus ini dianggap sebagai pembunuhan. Namun belakangan terungkaplah masalahnya yang sebenarnya. Ruliyati memiliki seorang kekasih bernama Repon Mustafa. Majikannya yang tidak suka melihatnya berhubungan kemudian meminta Ruliyati untuk memutuskan hubungan dengan pria tersebut. Ruliyati yang depresi kemudian berencana bunuh diri bersama Repon dan keduanya sepakat untuk melakukannya di tangki air. Pada detik terakhir, Repon berubah pikiran sedangkan Ruliyati menyelesaikan niatnya dengan menenggelamkan dirinya sendiri.
Mungkin diantara kalian ada yang bertanya, "Mengapa Ruliyati (ataupun Elisa) memutuskan untuk bunuh diri di dalam tangki? mengapa tidak terjun saja dari atap apartemen? Bukankah lebih mudah?"
Well, pertanyaan seperti itu tidak akan pernah bisa dijawab. Ada yang memilih bunuh diri dengan racun, ada yang dengan membakar diri, ada yang menembak kepalanya, ada yang gantung diri dan ada yang terjun dari ketinggian. Semuanya tergantung pilihan masing-masing dan kita yang tidak memahaminya memang akan terus mempertanyakannya. Tapi itulah kenyataannya.
Kesimpulan
Karena pihak kepolisian sudah menyebutnya sebagai kasus kecelakaan, maka saya rasa kita tidak akan bisa berharap adanya penyelidikan lebih lanjut sehingga satu-satunya cara agar kasus ini bisa menjadi lebih jelas adalah: Pihak keluarga perlu menyewa detektif swasta.
Ia bisa memeriksa kembali petunjuk-petunjuk yang dimiliki oleh pihak kepolisian dan mengambil kesimpulannya sendiri.
Ia bisa memeriksa kembali petunjuk-petunjuk yang dimiliki oleh pihak kepolisian dan mengambil kesimpulannya sendiri.
Namun jika kalian menanyakan pendapat saya, maka saya lebih condong ke kasus bunuh diri dibanding kecelakaan. Tapi kesimpulan dari pihak kepolisian pun tidak akan saya permasalahkan.