Sebuah patung Buddha yang tak sempurna, The Unfinished Buddha, menjadi salah satu misteri yang menyelimuti Candi Borobudur.
Seperti julukannya, ‘unfinished’, arca itu dianggap ‘belum selesai’ karena penampilannya yang tak lengkap, di mana sebagian tangan patung dibiarkan tak diukir.
Tangan itu berbentuk persegi (jari-jari tidak lengkap dan ada satu hilang), lengan kanan yang tidak sama panjang dengan lengan kiri, ikal rambut yang belum dipahat, pahatan lipatan baju tidak halus, salah satu bahu tangan yang lebih besar daripada bahu tangan yang lain.
Menurut seorang peneliti dan arkeolog Belanda, W.F. Stutterheim, Candi Borobudur memiliki 505 patung Buddha, namun yang terpenting adalah Buddha Bhatara.
Entah bagaimana, Stutterheim yakin bahwa patung yang belum selesai itu adalah Bhatara Buddha.
Hingga kini patung itu masih berselimut misteri, termasuk tentang asal usulnya dan mengapa patung itu ditinggalkan. Bandar Sakong Online
Dikutip dari The Vintage News, menurut sebuah teori patung itu diyakini berasal dari stupa terbesar Borobudur. Stupa, yang berarti ‘gundukan’ dalam bahasa Sanskerta, adalah tempat meditasi di mana reliks Buddha ditempatkan di dalamnya.
Stupa utama yang menjadi mahkota Candi Borobudur memiliki ruang berongga. Saat pertama kali dibuka setelah monumen tersebut direstorasi, dikabarkan The Unfinished Buddha ditemukan di dalamnya.
“Ketika dibuka untuk restorasi, di dalam stupa itu konon ditemukan sebuah patung Budha yang belum selesai pengerjaannya. Mengenai hal ini, ada beberapa versi,” kata Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BPKB), Maris Sutopo seperti dikutip dari Liputan6.com.
Arkeolog berpendapat, patung Buddha itu ditinggalkan di tengah pengerjaannya karena dianggap cacat dan tidak rata. Jadi, alih-alih melakukan tindakan yang ekstrem dengan menghancurkan benda yang sakral itu, pemahat mungkin telah meletakkannya di dalam stupa hanya untuk menyingkirkannya.
“Daripada menghancurkan sebuah patung Buddha, pengawas pembangunan mungkin memasukkannya ke dalam stupa utama,” kata Maris.
Sementara itu pendapat lain mengaitkannya dengan restorasi Candi Borobudur yang dimulai oleh Gubernur Hindia Belanda asal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles pada 1814.
Pengawas untuk salah satu proyek restorasi pertama Borobudur dan orang yang menemukan patung itu adalah Theodor Van Erp. Selama proses restorasi dari tahun 1907 sampai 1911, ia menemukan The Unfinished Buddha tidak berada di stupa utama namun terkubur dalam lumpur di dalamnya.
Sama sekali tidak tahu asal usulnya, Van Erp berasumsi patung itu terdapat di dalam stupa. Dia percaya bahwa patung yang berbentuk tak sempurna itu telah ditinggalkan begitu saja. Anehnya, patung itu tidak pernah disebutkan dalam dokumen Raffles tentang restorasi Borobudur pada 1814.
Namun, saat ini pendapat yang menyebut bahwa The Unfinished Buddha berada di dalam stupa telah diragukan. Pasalnya sejumlah peneliti menemukan petunjuk baru tentang asal-usul patung tersebut.
Mereka mengatakan bahwa The Unfinished Buddha dibawa dari tempat lain dan tidak dimaksudkan untuk ditempatkan di dalam stupa utama.
Sejumlah sejarawan mengemukakan sebuah teori yang menyebut bahwa ruang di dalam stupa memang dibuat kosong. Hal tersebut menjelaskan tentang desain yang melambangkan bentuk sempurna Sang Buddha melalui konsep Sunyata atau ‘ketiadaan’.
Meski demikian, lokasi asli dari The Unfinished Buddha hingga kini masih diperdebatkan.
The Unfinished Buddha saat ini ditempatkan di Museum Karmawibhangga yang berada di dekat Borobudur. Museum yang penuh dengan obyek bersejarah terkait Buddha itu memiliki dua kamar, yakni ruang restorasi dan ruang Karmawibhangga.
Ruang restorasi berisi peta dan gambar restorasi candi dan menggambarkan bagaimana blok batu saling bertautan, dan juga menampilkan beberapa artefak Hindu hasil ekskavasi. Sementara itu ruang Karmawibhangga memiliki 160 relief Karmawibhangga yang dipajang di kaki candi Borobudur.
Selain itu, museum yang terletak di dalam Taman Arkeologi Borobudur tersebut juga memiliki kerangka kerja arsitektur Candi Borobudur secara terperinci. Museum Karmawibhangga juga memiliki dokumen proyek restorasi yang dilakukan UNESCO pada tahun 1970-an.
Di samping misteri The Unfinishied Buddha yang belum terpecahkan, Candi Borobudur hingga kini masih menjadi salah satu keajaiban Indonesia yang paling banyak dikunjungi.
Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia. Candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, itu dihiasi dengan lebih dari 2.500 panel relief dan 504 patung. Kubah utamanya dihiasi 72 patung Buddha yang semuanya ditempatkan di dalam stupa
Petunjuk dari Serat Centhini
Dalam buku panduan di Museum Karmawibhangga terdapat penjelasan bahwa pada tahun 1907-1911, Theodore Van Erp memimpin pemugaran Borobudur. Ia menemukan stupa induk yang kosong, dan ternyata di dalamnya terdapat patung unfinished Buddha yang tertimbun tanah.
Karena tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai asal-usulnya, Van Erp meletakkannya di bawah pohon kenari di halaman candi. Ia meyakini bahwa patung tersebut adalah arca yang gagal.
Pendapat lain menyebut, patung itu mewakili sebuah kondisi spiritual transendental yang paripurna. Dijelaskan bahwa untuk menggambarkan kesempurnaan, pemahat memiliki keterbatasan.
“Misalnya lukisan yang menggambarkan keindahan alam, saking indahnya malah jadi lukisan abstrak. Demikian pula dengan patung itu. Karena si pemahat tak mampu menggambarkan kesempurnaan secara visual, maka malah menjadi seperti tak selesai,” kata Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BPKB), Maris Sutopo.
“Dua pendapat itu sama kuat, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Yang pasti pada saat Sir Stamford Raffles menemukan candi yang tertimbun ini pada tahun 1814, tidak ada catatan yang menyebutkan keberadaan patung itu,” kata dia.
Tindakan Van Erp memindahkan patung itu di bawah pohon kenari itu mendapat kritikan pedas dari beberapa arkeolog. Salah satunya Bernard Kempers yang menyebutkan bahwa patung itu memang sengaja tidak diselesaikan pembuatannya. Dalam catatan Kempers, Tiongkok tahun 604 M mencatat ada patung Buddha cacat seperti itu. Demikian pula dengan India.
Keberadaan patung Buddha yang tak selesai ini ternyata juga terdapat dalam Serat Centhini pupuh 105 bait 8-9.
Dalam Serat Centhini itu diceritakan bahwa pada suatu malam, Mas Cebolang tidur dekat stupa induk Borobudur dan melihat arca besar Buddha yang belum selesai.
Cebolang bertanya, bagaimana bisa di puncak ada arca yang belum lengkap. Ia kemudian menganggapnya arca itu memang sengaja dibuat rusak.
“Ada juga pendapat yang meyakini dugaan bahwa patung ini merupakan perlambangan dari Adi Budha dengan tafsir bentuknya yang tidak sempurna. Dalam hal ini nampak local genius seniman masa itu. Bentuk yang tidak sempurna ini menggambarkan moksa: dari ada bentuk ke tiada bentuk, dari rupa ke arupa,” kata Maris Sutopo.
Patung Budha tak selesai itu memiliki sikap tangan Bumi Sparsamudra. Mudra (sikap tangan) ini biasanya berada di tingkat bawah candi. Sementara Budha yang biasa diletakkan di bagian atas Candi adalah Budha Wairocana (salah satu perwujudan Adi Budha) yang memiliki sikap tangan (mudra) berbeda.
“Mereka yang tak setuju patung tak selesai itu dari dalam stupa utama mempertanyakan hal itu, mengapa Buddha Wairocana yang menggambarkan lima kebijaksanaan dan dilukiskan dengan mudra berbeda, biasanya berada di pusat justru malah tidak ditampilkan,” kata Maris.
Namun buru-buru Maris Sutopo menambahkan bahwa patung-patung di Borobudur memang tidak menuruti pola Lima Budha Kebijaksanaan dengan sempurna. Di Borobudur sendiri memiliki setidaknya enam atau kemungkinan tujuh figur Buddha yang berbeda.
Tak Cuma Satu
Patung yang tak selesai itu sebenarnya bukan hanya satu saja. Setidaknya menurut Kasie Layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur, Iskandar Mulia Siregar, ada dua patung Buddha tak selesai. Ia sendiri mengaku tidak hapal, apakah dua patung itu memiliki kesamaan.
“Tapi kami meyakini, bahwa tidak selesainya patung Buddha itu karena alasan teknis. Setidaknya kajian yang menjadi tugas kami adalah kajian teknis. Mengenai tafsir lain yang sifatnya filsafat transendental, itu sah. Ilmu pengetahuan itu semakin banyak perspektif semakin kaya,” kata Iskandar.
Iskandar kemudian membeberkan bahwa dalam pembangunan Candi Borobudur berlaku seperti industri kerajinan tangan. Di mana untuk memproduksi patung dengan jumlah banyak, pasti ada satu atau lebih yang menjadi produk gagal. Capsa Susun Online
“Patung Budha yang tak selesai itu adalah contoh produk gagal,” kata Iskandar.
Dari jumlah relief bercerita di dinding Candi Borobudur sebanyak 1.460 frame, dan relief yang tak bercerita sebanyak 1.212 frame itu, tak satupun yang menceritakan tentang patung Buddha yang tak selesai.